“Salah satu faktor utama masalah heartburn dan GERD adalah jumlah penderita obesitas dalam masyarakat kita yang makin meningkat,” ujar Victor S. Sierpina, MD, profesor dari University of Texas Medical Branch di Galveston, Amerika Serikat, serta penulis buku The Healthy Gut Workbook.
Sierpina juga mengatakan, ketika kita mengalami kenaikan berat badan, otomatis tekanan dalam perut juga mengembang yang dapat menyebabkan refluks (makanan mengalir balik).
Hasil riset juga menyatakan bahwa mereka yang mengalami obesitas akan lebih besar kemungkinannya untuk mengalami kerusakan LES dan menderita GERD lebih sering dan lebih parah dibandingkan dengan orang lain secara umum.
Kebiasaan makan kita juga dapat menjadi pemicu
Jadwal yang padat membuat kita cenderung memilih makanan yang mudah dan ‘cepat saji’. Jenis makanan ini umumnya tinggi lemak sehingga cenderung memicu munculnya heartburn. Seiring dengan bertambahnya usia, semakin meningkat pula risiko menderita heartburn.
Namun bukan berarti anak muda tidak dapat terkena masalah heartburn, mengingat meningkatnya masalah eating disorder (perilaku makan yang tidak sehat) di kalangan usia muda. “Mereka yang suka menginduksi muntah memiliki risiko tinggi heartburn,” ujar Jacqueline L. Wolf, MD, associate professor Harvard Medical School dan penulis buku A Woman’s Guide to a Healthy Stomach.
Meski obat-obatan yang dapat memblokir asam sudah banyak dijual bebas, penggunaannya dalam jangka panjang tetap dapat menimbulkan risiko serius. (SA)