Menurut dokter yang mengambil spesialisasi Oriental Medicine di Negeri Belanda ini, pendekatan East meets West dalam kesehatan sedang menjadi tren. Melihat permasalahan berdasarkan pendekatan Barat tapi melakukan penanganan secara Timur (baca: TCM) akan menimbulkan salah kaprah.
Untuk mengatasi suatu penyakit, tentu saja harus ditelusuri penyebabnya. Jika penyebabnya memang gigi, baru diambil tindakan, apakah dengan mengganti tambalan atau mencabut gigi yang memang masalahnya tidak bisa diatasi dengan tindakan lain.
”Perawatan saluran akar (root canal) belum tentu akan menimbulkan masalah asalkan dokternya memang benar-benar ahli. Dan yang tak kalah penting adalah pemeliharaan selanjutnya. Walau pun hasil penanganan dokter baik tapi gigi tidak dirawat oleh pasien, maka semua usaha akan sia-sia.
”Jika memungkinkan, hindari pencabutan gigi. Selain mengganggu estetika, yang berefek pada rasa percaya diri, pencabutan gigi juga akan menimbulkan imbalance.
”Jadi jika sudah menjalani perawatan akar dan menurut dokter gigi masih dalam kondisi baik, selain tetap melakukan pengobatan terhadap penyakit sebaiknya dilakukan akupunktur telinga (auricular). Karena masalah di gigi memang dapat menimbulkan perubahan pada titik akupunktur pada berbagai bagian tubuh, tapi tidak di telinga. Karena walau pun dekat, sistemnya berbeda, ” tuturnya.
Akhirnya, menurut dr Nugroho, adanya meridian dan titik akupunktur di gigi sebaiknya disikapi sebagai panduan agar kita lebih memperhatikan kesehatan gigi. Akupunktur gigi, walau pun bisa, melakukannya tidak bisa sembarangan.
Selain harus mengorbankan gigi, tidak banyak orang yang benar-benar ahli dalam akupunktur gigi. Berbeda dengan titik akupunktur bagian tubuh lainnya, titik akupunktur gigi yang berada di tempat yang sempit membuatnya sulit untuk dipastikan posisinya. Jika ada yang lebih mudah, mengapa harus pilih yang sulit? (SA)