Gangguan fungsi seksual (GFS) adalah momok bagi pria dan derita bagi wanita Sekitar 15% pria dewasa mengalami gangguan seksual dan 26-40% mengalami ejakulasi dini. Wanita lebih “parah”: 98% tidak mengalami orgasme pada tahun pertama pernikahan mereka.
Sehatalami.co ~ Wah! Ranya dunia bisa runtuh! Betapa tidak, siapa yang sudi menanggung derita yang bisa meruntuhkan rasa percaya diri dan harga diri pria di ranjang ini. Jika tidak segera diatasi bisa melebar ke mana-mana. Sebuah data yang pernah disampaikan oleh dr. Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, dari Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI), menunjukkan jika saat ini sekitar 15% pria dewasa mengalami gangguan dorongan seksual. Sedangkan yang mengalami disfungsi ereksi sekitar 10%.
Dijelaskan, semakiin bertambah usia, kasus disfungsi ereksi makin meningkat. Lebih dari setengahnya (52%), pria berumur di atas 40 tahun mengalami disfungsi ereksi. Sementara itu, “Jumlah pria yang hanya mengalami ejakulasi dini sekitar 26-40%,” ujarnya dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan II ASI dan seminar awam di Jakarta, suatu ketika.
Bagimana dengan wanita? Ternyata, kaum hawa juga banyak mengalami gangguan orgasme (tidak puas dalam hubungan seksual). Tahun 1992 misalnya, pernah dilaporkan, di salah satu kota di Indonesia 98% wanitanya, tidak pernah mencapai orgasme pada tahun pertama pernikahan mereka.
Apa Itu Gangguan Fungsi Seksual
Gangguan fungsi seksual (GFS) dapat diartikan sebagai adanya gangguan pada salah satu atau lebih respon seksual. Ada beberapa macam GFS. Dan setiap orang, baik pria mau pun wanita, sejatinya dapat mengalami satu atau lebih GFS karena penyebab tertentu. GFS pada pria di misalnya adalah gangguan dorongan seksual, gangguan ereksi, gangguan ejakulasi (baik ejakulasi dini mau pun ejakulasi terhambat), gangguan orgasme dan dispareunia (nyeri waktu sanggama).
Gangguan dorongan seksual sendiri menurut ahli dapat digolongkan menjadi dua macam: hipoaktif dan aversi. Gangguan dorongan seksual hipoaktif adalah berkurangnya atau hilangnya fantasi seksual dan dorongan seksual secara menetap atau berulang, yang menyebabkan gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal. Sedangkan gangguan dorongan seksual secara aversi ialah, timbulnya rasa takut terhadap semua bentuk aktivitas seksual.
Bagaimana cara melihat adanya GFS? Untuk menilai ada tidaknya gangguan dorongan seksual, bisa dilihat dari berkurangnya frekuensi hubungan seksual, merasa tertekan, mudah marah, mudah tersinggung bila bicara tentang masalah seks, tidak pernah atau jarang memikirkan yang berkaitan dengan seks, tidak ada dorongan walau dengan pasangan yang menarik, dan kalau pun ada hubungan seksual dilakukan semata karena kewajiban bukan karena dorongan.
Gangguan dorongan seksual bisa juga karena disfungsi ereksi. Yaitu gangguan fungsi seksual berupa ketidakmampuan yang menetap untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup, guna melakukan hubungan seksual dengan baik. (bersambung).