Jadi libur 14 hari adalah untuk memotong rantai penularan, yang hal ini baru akan berhasil jika semua orang tetap tinggal di rumah masing-masing selama 14 hari tersebut. Kenapa harus demikian?
Sehatalami.co ~ Kita sudah memiliki salah satu budaya kerja yang baik, yaitu “Like Monday”. Tujuannya apalagi jika tidak untuk mendisiplinkan diri, bekerja sebagai sebuah kesenangan. Bekerja bukan untuk sekadar memenuhi kewajiban, tetapi bekerja sebagai upaya menghasilkan karya terbaik dalam hidup kita.
Namun, hari-hari ini, kita sedang mengadapi situasi yang berbeda. Penyebaran virus corona ( COVID-19). Presiden Jokowi meningkatkan status situasi saat ini sebagai tangap darurat bencana – non alam pandemi VOVID-19. Presiden Jokowi kemudian menyarankan bekerja dari rumah, beribadah, dan belajar dari rumah.
Di DKI Jakarta dan kota lain, memberlakukan libur selama 14 hari untuk anak-anak sekolah sebagai upaya mencegah anak-anak terpapar virus corona. Pemda DKI Jakarta juga sudah menutup beberapa tempat dan destinasi wisata, seperti kota tua, sebagai upaya mencegah kerumunan dan potensi penyebaran virus corona.
Dilansir dari jaringan media jpnn.com, Mendikbud Nadiem Makarim menyatakan mendukung kebijakan beberapa kepala daerah yang meliburkan sekolah sebagai cara menekan risiko terdampak wabah virus corona jenis baru atau COVID-19.
“Dampak penyebaran COVID-19 akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kami siap mendukung kebijakan (liburkan sekolah) yang diambil pemda. Keamanan dan keselamatan peserta didik serta guru dan tenaga kependidikan itu yang utama,” ujar Nadiem dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (15/3).
Lalu apa tujuan meliburkan anak selaama 14 hari?
Juru bicara penanganan virus Corona atau Covid-19 untuk Indonesia Achmad Yurianto mengatakan kebijakan libur sekolah selama dua pekan harus dilihat melalui kaca mata pemerintah.
“Karena libur persepsi anak sekolah beda dengan libur persepsi maunya pemerintah. Tadi sebelum berangat ke sini [Kantor Presiden], di rumah saya ramai ternyata anak-anak libur sedang bermain bola. Padahal maksud kita libur itu adalah persepsi orang tua agar anak jangan keluyuran,” kata Yuri di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (15/3/2020).
Inilah yang masih belum banyak dipahami oleh awam, lebih-lebih pengumuman meliburkan sekolah 14 hari belum banyak disertai penjelasan yang gamblang. Masih banyak warga masyarakat yang belum memahami, tujuan libur sekolah 14 hari.
Perlu diketahui bahwa libur 14 hari sangatlah penting dan harus disertai tindakan kepatuhan. Tidak seperti saat ini, di mana anak-anak sekolah masih banyak yang berkeliaran di tempat liburan. Liburan 14 hari sejatinya bertujuan untuk menghentikan laju penularan Covid-19.
Libur 14 hari dimaksudkan untuk bisa menyelamatkan ribuan orang.
Mengapa harus 14 hari?
Saat seseorang kontak dengan apapun – benda logam atau lain yang terpapar Covid-19 – yang bisa menginfeksinya dengan Covid-19, hal itu membutuhkan waktu ditunggu selama 14 hari minimal, untuk mengetahui apa yang terjadi, apakah orang tersebut terpapar Covid-19, atau aman dan terbebas dari Covid-19.
Jadi libur 14 hari adalah untuk memotong rantai penularan, yang hal ini baru akan berhasil jika semua orang tetap tinggal di rumah masing-masing selama 14 hari tersebut. Kenapa harus demikian?
Sebab jika seorang anak mulai libur tanggal 16 Maret selama 14 hari, dia akan masuk sekolah lagi pada hari ke-15. Ternyata anak ini dan keluarganya menggunakan waktu libur itu untuk jalan-jalan, misalnya mengunjungi kumpulan orang, atau ke tempat saudara, ke mall, dan lain-lain. JIka dia jalan-jalan di hari ke 10 dan terlular Covid-19 di tempat yang ia kunjungi, mungkin pada hari ke 14/15 belum ada tanda-tanda atau gejala dia terpapar Covid-19, tetapi dia sudah membawa Covid-19 di dalam tubuhnya.
Maka dia sudah membawa potensi untuk menularkan pada orang lain. Jika dia masuk sekolah pada hari ke 15 dan setetusnya, maka 14 hari libur sekolahnya itu, tidak ada gunanya. Sebab potensi penularan tetap bisa terjadi juga di sekolah. Artinya efek domino penularan akan terus berlangsung, rantai penularan tidak akan bisa terputus. Jadi, tujuan 14 hari libur menjadi percuma dan sia-sia.
Karena itu, kepada semua pihak harus bekerjasama. Semua, warga Indonesia harus membantu. Warga DKI Jakarta harus kompak, yaitu patuh untuk tidak kemana-mana dalam 14 hari tersebut, kecuali untuk hal yang sangat perlu.
Manfaatkan waktu 14 hari tersebut berguna untuk saling pantau, jika ada orang yang menunjukkan gejala-gejala menderita serangan Covid-19, bisa segera ditangani dan penularan bisa distop hanya pada dia, karena dia tidak kontak dengan orang lain dalam 14 hari tersebut.
Jadi, mari kita mengisolasi diri, untuk diri sendiri dan orang lain, mungkin pula dalam skala besar untuk umat manusia. Dengan begitu kita bisa berkontribusi untuk saling peduli dan menyayangi satu sama lainnya. (SA)