Mereka yang tidak tahan susu dan produk-produk susu, atau yang tidak menyukainya, tak perlu sampai kekurangan kalsium. Mereka bisa mendapat kalsium dari sayuran daun berwarna hijau tua, kacang-kacangan kering, dan polong-polongan.
Sehatalami.co ~ Dari berbagai penelitian, para ahli tidak berani mengatakan bahwa banyak minum susu atau suplemen kalsium adalah aman. Saat ini belum ada asupan optimal kalsium yang disetujui para ahli. Namun The National Academy of Science di Amerika Serikat merekomendasi mereka yang berusia 19 – 50 tahun masih boleh mengonsumsi 1.000 mg kalsium per hari, dan yang berusia lebih dari 50 mengonsumsi 1.200 mg per hari yang setara dengan dua sampai tiga gelas susu.
Bisa diganti dengan suplemen kalsium. Namun umumnya para ahli di Barat kini hanya menganjurkan minum satu gelas susu per hari (setara dengan 300 mg kalsium), mengingat kemungkinan meningkatnya risiko kanker indung telur dan prostat jika mengonsumsi produk susu berlebihan.
Asupan yang moderat dari kalsium dan produk susu masih bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi, menurunkan risiko tekanan darah tinggi dan kanker kolon. Mereka yang tidak tahan susu dan produk-produk susu, atau yang tidak menyukainya, tak perlu sampai kekurangan kalsium. Mereka bisa mendapat kalsium dari sayuran daun berwarna hijau tua, kacang-kacangan kering, dan polong-polongan.
Tubuh juga bisa mendapat kalsium dari suplemen, pastikan memilih yang juga mengandung vitamin D. Penelitian menemukan bahwa kandungan kalsium saja tidak memproteksi keropos tulang bahkan malah meningkatkan risiko keropos tulang. Bahkan baru-baru ini ditemukan bukti bahwa mengonsumsi kalsium saja (tanpa vitamin D) meningkatkan risiko serangan jantung.
Minum susu? Jangan banyak-banyak
Di negara-negara Barat, susu dianggap sumber kalsium terbaik.Banyak penelitian telah dilakukan yang menyatakan bahwa susu hanyalah salah satu sumber kalsium. Ada beberapa alasan mengapa susu bukan sumber kalsium terbaik bagi setiap orang. Berikut ini alasan-alasan tersebut.
- Intoleransi laktosa. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan anak-anak atau orang-orang yang tidak tahan susu. Mereka alergi jika minum susu (perut kembung atau keram, diare, wajah membengkak dll.). Gejala alergi ini bisa ringan sampai parah. Mereka ini tidak tahan terhadap laktosa yang dikandung susu.
- Kandungan tinggi lemak jenuh. Banyak produk susu yang mengandung kadar tinggi lemak jenuh yang merupakan faktor risiko penyakit jantung. Meskipun sekarang banyak produk susu yang dikurangi kadar lemaknya atau yang non-fat, namun banyak produk-produk populer yang dikonsumsi masyarakat mengandung lemak jenuh dalam bentuk premium seperti es krim, mentega, cake dll.
- Meningkatkan risiko kanker indung telur. Laktosa dalam susu jika dicerna akan mengeluarkan produk galaktosa yaitu sejenis gula. Penelitian terhadap galaktosa menemukan bahwa gula ini potensial mencederai ovary (indung telur) yang cenderung berkembang menjadi kanker indung telur. Para peneliti memperkirakan industri modern produk susu telah mengubah komposisi hormon dalam susu sedemikian rupa sehingga dapat menigkatkan risiko kanker indung telur atau kanker-kanker lain yang berhubungan dengan hormon (hormone-related cancers).
- Meningkatkan risiko kanker prostat. Pola makan tinggi susu kemungkinan bisa meningkatkan risiko kanker prostat. Ini merupakan peneletian yang dilakukan di Harvard Medical School terhadap para professional pria yang minum susu dua gelas per hari atau lebih. Mereka ini mempunyai risiko kanker prostat dua kali lipat lebih tinggi dibanding pria-pria yang tidak minum susu sama sekali. (SA)