Total ada 4.123 orang positif Corona di antara 6.742 pemudik, lewat tes acak yang dilakukan pemerintah. Data tersebut dihimpun dari 381 lokasi pos penyekatan mudik.
Sehatalami.co ~ Sejak jauh hari sudah dikhawatirkan terjadinya lonjakan kasus postif covid-19 akibat eforia vaksinasi yang belum tuntas. Itu mengapa pemerintah melarang mudik lebaran tahun ini sebagai antisipasi lonjakan kejadian positif covid-19.
Namun apa daya, himbuan pemerintah untuk tidak mudik, seolah tak digubris. Meskipun sudah ada larangan, sejumlah pemudik nekat pulang ke kampung halaman, dan tak jarang dengan mengabaikan protokol kesehatan.
Karenanya, saat ada temuan bahwa 60 persen lebih pemudik terkonfirmasi positif COVID-19 dalam tes acak! informasi ini tidak begitu mengejutkan.
“Secara umum pengetatan yang dilakukan oleh POLRI di 381 lokasi, dan operasi ketupat kemarin jumlah pemudik yang di-random testing dari 6.742 konfirmasi positifnya 4.123 orang,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam siaran pers, Senin (10/5/2021).
“Dan dilakukan isolasi mandiri 1.686 orang dan dirawat 75 orang,” lanjut Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).
Data tersebut dihimpun dari 381 lokasi pos penyekatan mudik, menurut Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Airlangga Hartarto, disampaikan Senin (10/5/2021).
Apa kata pakar epidemiologi
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman tak heran mengapa positivity rate dari tes acak pemudik melampaui Corona harian Indonesia. Sebab, menurutnya angka harian Corona RI bisa 10 kali lipat dari yang dilaporkan.
“Karena sebetulnya kasus yang terjadi di masyarakat lebih banyak, lebih tinggi, dari pemodelan epidemiologi itu setidaknya 10 kali dari yang dilaporkan, 50 ribu kasus, atau minimal itu 10 ribuan kasus harian itu,” jelas Dicky saat dihubungi detikcom Selasa (11/5/2021).
Terlebih, kata Dicky, level Corona di Indonesia sudah masuk tahap ‘community transmission’ menurut organisasi kesehatan dunia (WHO). Artinya, banyak kasus yang belum bisa ditemukan sejauh ini lantaran testing, tracing, dan treatment (3T) belum berjalan baik.
“Jadi kalau test positivity rate kita yang sekarang tinggi, sudah sangat tinggi, itu juga bisa sebetulnya lebih dari yang 15 persen ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, dirinya mengingatkan agar masyarakat benar-benar menahan diri untuk mudik Lebaran tahun ini. Jika tetap nekat, bukan tidak mungkin ledakan COVID-19 serupa seperti India akan terjadi pula di Indonesia.
“Ditemukan 2/3 pemudik itu positif ya nggak usah kaget, memang kita ini dalam posisi sangat serius karena bom waktu sudah dimana-mana, kita sudah dalam community transmission ini sudah satu tahunan, itu level terburuk,” jelas Dicky.
Menurutnya, apa yang terjadi saat ini di India berawal dari klaster-klaster yang tidak terdeteksi sehingga kemudian menjadi bom waktu bagi negaranya. Jika tes ditingkatkan, bukan mustahil ratusan ribu kasus Corona di Indonesia ditemukan setiap harinya.
“Karena kalau tes kita ditingkatkan ratusan ribu ketemu juga nggak usah heran sebetulnya karena memang sudah ada, hanya karena memang minim 3 T kita ini sangat berbahaya,” pungkasnya. (SA, sumber: detik.com)