- Menurut penelitian, para manajer perlu menciptakan sebuah iklim di mana karyawan memiliki perasaan bahwa pekerjaan mereka menantang dan penting bagi mereka.
- Workshop: The Real Happinness and High Performance at Work | Berasama : Daisy M.E. Suhari | MSi, Human Capital & Knowledge & Psikolog, UI | Jumat, 15 Maret 2019| Register Now! Erik | +62 813 8084 1716
Sehatalami.co ~ Sejumlah hasil riset mengungkap arti penting penerapan psikologi positif dalam dunia bisnis, sebagai berikut. Pertama, rasa keterlibatan (engagement) karyawan dalam pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh perasaan karyawan bahwa pekerjaannya penting dan sangat relevan baginya (rasa akan makna atau meaningfulness) (May dalam Crabtree, 2004).
Easterbrook (dalam Crabtree, 2004), seorang ahli psikologi positif, mengemukakan bahwa hal ini dapat dijelaskan dengan psikologi evolusi. Dalam sebagian besar sejarahnya, manusia harus bertarung (fisik) untuk bertahan hidup.
Oleh karenanya, otak manusia secara evolusioner mengalami kalibrasi untuk menemukan pemenuhan (fulfillment) dalam upaya mengatasi ancaman-ancaman terhadap kebertahanan hidupnya itu. Ketika ancaman-ancaman itu tiada lagi, banyak dari kita merasa terapung-apung tanpa arah dan tidak bertujuan.
Arti penting pengetahuan ini bagi para pemimpin organisasi dan manajer adalah bahwa mereka perlu menciptakan sebuah iklim di mana karyawan memiliki perasaan bahwa pekerjaan mereka menantang mereka untuk menggunakan sifat-sifat dan kualitas-kualitas pribadi mereka guna mencapai tujuan yang penting bagi mereka.
Kedua, empat konstruk psikologi positif berperan dalam sensitivitas konsumen terhadap kinerja sosial perusahaan (Giacolne, Paul, & Jurkiewicz, 2005). Keempat konstruk psikologis tersebut adalah apresiasi terhadap kebaikan (gratitude), harapan (hope), spiritualitas, dan generativitas.
Dengan sebuah alat ukur, yakni CSCSP (Consumer Sensitivity to Corporate Social Performance Scale), diketahui bahwa konsumen memiliki kepekaan terhadap kinerja sosial perusahaan yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan berbagai gerakan. Misalnya, gerakan green consumerism dan penanaman modal yang bertanggungjawab secara social. (bersambung).