Saat kecil kita selalu dinasehati agar makan saat lapar. Rasa tidak nyaman seperti lemas dan tidak bertenaga karena tidak makan selama berjam-jam adalah tanda-tanda bahwa kita lapar. Tapi apa sebetulnya yang terjadi dalam tubuh ketika merasa lapar?
Sehatalami.co ~ Ada banyak teori yang disusun berdasarkan berbagai penelitian untuk menjelaskan fenomena lapar ini. Cannon dan Washburn (1995) misalnya, memasukkan balon ke dalam lambungnya sendiri. Saat balon mengembang dan menyentuh dinding lambung, ia sama sekali tidak merasa lapar. Mereka pun berkesimpulan bahwa lapar adalah saat perut berkontraksi. Lahirlah teori mengenai kontraksi perut.
Lain lagi teori berdasarkan kadar gula darah. Teori ini mengatakan bahwa kita akan merasa lapar jika kadar gula darah rendah. Teori lain, yaitu teori asam lemak, menunjukkan bahwa tubuh memiliki reseptor yang dapat mendeteksi kenaikan kadar asam lemak. Aktivasi reseptor inilah yang membuat seseorang merasa lapar. Teori mengenai suhu badan menunjukkan bahwa kita akan merasa lapar jika suhu tubuh rendah, dan akan menurun jika kita merasa lapar.
Yang terjadi adalah: perut kita yang kosong karena terlambat makan akan mendorong pencernaan untuk memproduksi hormon ghrelin. Bersamaan dengan pelepasan hormon ini, gula darah akan turun yang membuat insulin mengurangi produksinya. Insulin yang menurun akan mengirim tanda SOS ke otak agar kita makan. Nafsu makan pun mendorong kita untuk mengisi perut.
Setelah kenyang, gula darah akan naik, produksi insulin meningkat untuk mengimbanginya, sementara jaringan lemak akan mengeluarkan hormon leptin yang membuat badan kita merasa nyaman. Dan perasaan nyaman itulah yang kita alami setelah makan.
Lapar fisiologis atau lapar fisik/perut ini diciptakan oleh jaringan sistem metabolisme yang memonitor dan menjaga status energi tubuh agar tetapĀ seimbang. Dalam kondisi sehari-hari Anda bisa merasakannya saat perut bergemuruh. (bersambung).