Membedakan gejala gangguan enzim dengan maag, sebenarnya cukup mudah. Amati saja kapan gejala itu timbul. “Gejala kekurangan enzim biasanya timbul beberapa saat setelah makan, dan tidak hilang meskipun sudah diberi obat maag,” kata Dr Ari.
Untuk memastikan diagnosanya memang perlu bantuan dokter. Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan, antara lain makanan apa yang sering dikonsumsi, kapan gejala itu timbul, seperti apa keluhan yang dialami, dan lain sebagainya.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menekan bagian perut, untuk mengetahui seberapa banyak pembentukan gas di dalam perut. Jika perlu, dokter akan menyarankan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa kadar enzim di dalam darah serta keadaan feses. “Kekurangan enzim umumnya ditandai dengan adanya lemak, protein, atau karbohidrat di dalam feses,” lanjut Dr Ari.
Cukupi sedini mungkin
Kekurangan enzim ini sebaiknya segera ditangani. Jika tubuh kekurangan enzim, maka makanan yang kita konsumsi tidak bisa terurai dengan baik. “Ditemukannya karbohidrat, protein, atau lemak di dalam feses merupakan tanda terjadinya gangguan pencernaan dan penyerapan makanan. Gangguan penyerapan ini dapat menyebabkan kekurangan gizi yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh,” Dr Ari menjelaskan.
Lebih lanjut Andang menjelaskan bahwa zat-zat makanan yang tidak terurai sempurna akan menumpuk di usus besar. Lama-kelamaan sisa zat makanan tersebut akan membusuk, dan menjadi tempat yang subur bagi berkembangnya bakteri, jamur, dan virus. Tumpukan sisa makanan juga dapat menjadi zat yang bersifat racun.
Dalam jumlah tertentu, selain melumpuhkan sistem kekebalan, zat-zat tersebut mengganggu sistem kerja organ-organ di dalam tubuh. Kerja organ yang tidak optimal akan mengundang datangnya berbagai macam penyakit. Mulai dari alergi yang berupa gangguan kulit, sakit kepala, insomnia, gangguan menstruasi, radang usus buntu, jantung koroner, kanker, dan gangguan emosi.
Oleh sebab itu, dianjurkan untuk memperbanyak sayur dan buah-buahan segar, mengurangi konsumsi daging merah dan makanan berlemak, mengunyah makanan hingga lembut, serta makan dalam porsi yang cukup.
“Bahkan bila perlu, kita juga bisa menambahkan suplemen enzim untuk mengimbangi makanan yang kita konsumsi setiap hari,” Andang menganjurkan. Tidak perlu menunggu timbul gejala seperti Brad untuk memulai. Segera perbaiki pola makan dan konsumsi suplemen enzim, sehingga tubuh kita mempunyai persediaan enzim yang lebih banyak. Dengan begitu, kita akan tetap sehat, awet muda, dan… panjang umur! (SA)