Selain berupa suplemen peningkat imunitas seperti echinacea (Echinacea angustifolia), meniran (Phyllanthus niruri), atau temulawak (Curcuma xanthorrhiza), banyak juga suplemen herba yang mengklaim dapat mengobati penyakit.
Di pasaran, jenis yang paling mudah ditemui antara lain berbahan pare (Momordica Charantia) untuk diabetes, kunyit putih (Curcuma alba) untuk kanker payudara, atau bawang putih (Allium sativum) untuk menggelontor kolesterol.
Namun menurut Prof Sumali, bila tujuannya untuk mengobati penyakit, sebaiknya tidak menggunakan suplemen, sebab pada umumnya, efektivitas suplemen herba kurang kuat. ”Lebih baik, gunakan herba yang sudah berstatus obat (tradisional),” sarannya.
Memilih suplemen herba
- Baca label dengan teliti. Pastikan bahwa suplemen herba tersebut mencantumkan nama suplemen dan herba yang digunakan serta nama produsen beserta alamatnya. Baca dengan hati-hati komposisi bahan bersama persentasenya, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dan tanggal kadaluwarsa.
- Nomor register. Jangan lupa memperhatikan nomor register (Dinas Kesehatan atau BPOM). Suplemen yang baik, biasanya sudah mendapatkan izin dari BPOM dengan kode MD (suplemen herba lokal) atau ML (suplemen herba impor). Bila membeli suplemen herba secara on-line di Internet, pastikan suplemen tersebut telah terdaftar dan lolos uji BPOM.
- Cermati informasi tambahan. Sebagian herba impor yang dikemas dalam bentuk kapsul, dapat mengandung bahan pembuat kapsul yang haram bagi umat muslim. Oleh sebab itu, bila membeli herba impor, lebih baik pilih yang mencantumkan label ”gelatin-free”. (SA)