Mengomentari masa lalunya, Parwati menuturkan bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dengan keinginan untuk mempunyai perusahaan dan menjadi kaya sepanjang kita melakukannya demi menjalankan apa yang diinginkan Tuhan; artinya, tidak dengan maksud mementingkan diri sendiri. “Tuhan akan membekali kita dengan segala sesuatu yang kita perlukan untuk melakukan apa yang diinginkanNya,” tuturnya.
Lebih lanjut Parwati menuturkan, “Kita semua memiliki tujuan yang berbeda. Kebetulan jalan setapak saya dalam hidup ini adalah mengajar orang cara berhubungan dengan Tuhan. Ketika saya membuat keputusan untuk meninggalkan bisnis, saya memilih untuk melepaskan hidup masa lalu dan memberikan hidup saya sekarang kepada Tuhan.” Itulah yang ia sebut dengan mengikuti azas berkelimpahan.
Uang hanyalah efek dari akibat
Jadi menurutnya, uang hanyalah efek atau akibat. Jika Anda memusatkan pikiran pada akibat, Anda akan lupa pada penyebabnya. Jika Anda memusatkan perhatian Anda hanya pada cara mendapatkan uang, maka itu sama halnya Anda memutus sumber Anda. “Padahal, hanya Tuhanlah Sang Sumber,”katanya.
Jadi keliru sekali meletakkan rasa aman, sumber kekuatan, atau hakekat diri kita pada uang yang kita miliki, karena Tuhanlah yang memberikan semuanya itu. Kemakmuran itu sebenarnya sudah tersedia cukup bagi Anda kalau Anda bersedia meyakini hal itu dengan sepenuh hati dan mau menerimanya dengan ikhlas.
“Mulailah berhenti mengendalikan benda, orang-orang, dan kejadian-kejadian dalam hidup. Sadari juga bahwa pikiran-pikiran yang sifatnya mengkritik dan negatif hanya akan memperlambat kita mencapai tujuan dalam hidup. Sedangkan memasuki kesadaran yang berlandaskan pada cinta dan keyakinan, akan mempercepat dalam mencapai kelimpahan,”kata Parwati menerangkan. (SA)