Ini penting dilakukan karena Lasik hanya dapat mengoreksi kelainan refraksi pada mata minus atau rabun jauh (myopia), yakni mata tidak dapat melihat dalam jarak jauh yang memerlukan bantuan lensa minus untuk membantu mempertajam penglihatan pada mata plus atau rabun dekat (hipermetropia), dan mata tua karena pengaruh usia (presbiopia),yang membuat si penderita tidak dapat melihat benda dalam jarak dekat, sehingga perlu bantuan lensa plus untuk melihat dengan jelas. Lasik hanya dapat mengoreksi kelainan refraksi pada mata silindris, yang menyebabkan setiap benda yang dilihat seperti pecah menjadi dua.
”Namun hanya sampai minus atau plus 12 sampai 13 atau silindris 3 sampai 4 saja yang bisa dilasik. Artinya jika pasien datang dengan minus di atas 13 atau lensa silindris di atas 4, bagaimana pun tidak bisa dilasik,” Dr Florence menjelaskan.
Selanjutnya dengan data-data ini, dokter akan mendapatkan peta topografi kornea – mana bagian yang terlalu melengkung atau cekung dan mana yang rata – yang sangat berguna untuk membuat suatu rencana dan perhitungan jaringan kornea mana saja yang akan dihilangkan pada waktu Lasik berlangsung.
Setelah peta topografi kornea selesai dibuat, Lasik pun siap dilaksanakan. Mula-mula dokter akan membuat flap atau ’engsel’ (flap creation) pada lapisan atas kornea mata menggunakan teknik mikrokeratomi dengan femtosecond laser microkeratome atau disebut juga intraLasik. ”Tindakan ini kadang dapat menyebabkan mata cedera sedikit, sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan sedikit, namun akan segera membaik dalam beberapa hari saja, ” kata Dr Florence.
Kemudian flap atau ’engsel’ tersebut dibalik, sehingga bagian tengah kornea terlihat jelas dan memudahkan dokter untuk mengikis atau ’mengamplas’ sebagian lapisan dalam kornea yang menyebabkan kelainan refraksi, tanpa menyentuh permukaan kornea dengan tingkat akurasi 193 nanometer.
Setelah itu, lapisan atas kornea yang dibuka tadi dikembalikan ke posisi semula (flap reposition) untuk menutup daerah yang telah dioperasi. Bagian ini akan segera menyambung sendiri secara alami setelah beberapa menit tanpa perlu dijahit sama sekali.
Lasik dilakukan pada pasien tanpa rawat inap dengan anestesi atau obat bius topikal (tetes mata), sehingga pasien tidak merasakan sakit selama operasi. Pasien tetap sadar selama prosedur berlangsung, yang memakan waktu kurang lebih 10 menit per mata.
Dr Florence menjelaskan, dewasa ini telah ada teknologi Lasik tanpa pisau bedah canggih, i-Lasik dan Z-Lasik. Dengan kedua teknologi canggih ini, mata pasien tidak tersentuh pisau bedah apa pun. Pembuatan flap dilakukan dengan teknologi femtosecond laser 60 kilohertz, sehingga menghasilkan presisi dan tingkat keakuratan yang tinggi. ”Sehingga dengan teknologi i-LASIK maupun Z-Lasik ini pasien dapat lebih terjamin dari komplikasi serius dan efek samping yang bisa timbul saat pembuatan flap dan melakukan sayatan,” kata Dr Florence.