Levine mencontohkan, meski cintanya kepada orangtua masih sama, namun seorang remaja merasa tak nyaman lagi ketika harus menerima pelukan dan ciuman dari orangtuanya setiap pagi dan malam. Bingung dengan perasaannya sendiri sekaligus tidak mampu mengungkapkan ketidaknyamanan ini pada orangtuanya, membuat sang remaja melampiaskan pada kemarahan tanpa ujung pada orangtuanya.
Karenanya, menurut Levine, meski tampaknya setiap saat ada kemarahan, orangtua tak boleh berputus asa. “Sadari bahwa Anda bukanlah pihak yang secara pribadi bertanggungjawab atas kemarahan anak Anda. Fokuslah saja pada sikap Anda sendiri dalam menghadapi anak remaja Anda,” demikian saran Levine.
Meski begitu, remaja juga perlu diingatkan untuk mengendalikan emosi. Orangtua perlu mengjarkan hal ini. Sebab bagaimana pun mengendalikan emosi akan menjadi bekalnya untuk masa depan setelah dewasa.
Berikut ini cara menghadapi sikap acuh dan kemarahan remaja:
- Coba analisa kemarahannya. Jika itu adalah sesuatu yang masuk akal, cobalah untuk berdiskusi dan membuat perubahan (aturan, misalnya) yang menjadi alasan kemarahannya.
- Jangan terlalu mengambil hati, terutama jika asal muasal kemarahannya sebenarnya bukanlah pada diri Anda.
- Tentukan kapan waktu bereaksi yang tepat. Jika anak remaja Anda hanya memasang wajah marah, misalnya, biarkan saja. Tapi, ketika ia mulai mengeluarkan kata-kata kasar, atau membanting pintu dengan keras, mungkin itu waktunya Anda merespon (dengan bijak, tentunya) agar “perang” ini tak menjadi makin besar.
- Minimalkan respons agar Anda tak ikut “terbakar”. Tom Alibrandi, seorang penulis dan konselor menyebutkan 5 kata yang bisa meminimalkan keterlibatan emosi Anda saat “adu mulut” dengan anak remaja Anda. Kelima kata itu ialah: Ya, Tidak, Oh benarkah?, Wow, Terserah kamu deh.
- Lihatlah apa yang terjadi selanjutnya, untuk menentukan seberapa efektif respons Anda, dan apakah Anda perlu melakukan hal lain.
- Akui segera jika Anda memiliki kekurangan atau kesalahan.
- Pertahankan aturan yang Anda buat (khususnya yang menyangkut keamanan dan keselamatan anak Anda. Jam malam, misalnya).
- Ingatkan terus diri Anda untuk sabar. Fase kemarahan remaja ini akan berlalu, dan ia akan menjadi seorang dewasa yang membuat Anda bangga. (SA)