Sehatalami.co ~ Bisakah varian Omicron menjadi gelombang Covid-19 terakhir yang merebak di Indonesia? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Tergantung cakupan vaksin di Indonesia, dan juga di negara-negara lain. Sebab, meski varian ini memicu gejala relatif lebih ringan dibanding varian Corona lainnya, potensi kemunculan mutasi virus juga dipengaruhi oleh cakupan vaksinasi di negara lain.
Hal ini ditanggapi oleh pakar epidemiologis Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo. Menurutnya, mutasi virus masih akan terus terjadi, disebabkan tidak meratanya cakupan vaksinasi COVID-19 di semua negara. Disebutkan olehnya bahwa mutasi virus akan terus terjadi selama masih ada negara-negara lainnya dengan cakupan vaksinasi COVID-19 masih rendah.
“Yang kita khawatirkan adalah kesenjangan vaksinasi di antara negara. Kita tahu bahwa mutasi masih akan terjadi kalau vaksinasi belum merata. Kalau belum merata di dunia secara global. Jadi kita tidak cukup hanya melihat negara sendiri. Tapi bagaimana negara-negara lain,” ujarnya dalam konferensi pers virtual bertajuk ‘Mengenal Pelbagai Kombinasi Vaksin COVID-19 dan Sejauh Mana Booster Diperlukan’, Kamis (24/2/2022).
“Kalau masih ada negara-negara lain yang cakupan vaksinasinya sangat jauh di bawah kita, pasti banyak juga yang masih hanya cakupan dua dosisnya 30 persen atau kurang, itu masih banyak,” imbuh Windhu.
Windhu menyebut, Sars-COV-2 adalah virus yang sangat mudah bermutasi. Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya menetapkan lima varian Corona yang tergolong varian diperhatikan (VoC), Windhu meyakini, masih bisa muncul ribuan varian Corona lainnya.
“Yang kita khawatirkan akan muncul varian-varian baru yang mungkin saja bisa lebih menular meskipun kita harapkan virulensinya lebih rendah, itu membuat kita terus kelabakan. Makanya vaksinasi secara global betul-betul harus luas dan merata,” pungkas Windhu. (SA)