Malam Kemuliaan
Malam Kemuliaan atau yang lebih dikenal dengan Lailatul Qadar, adalah malam dambaan umat Islam. Malam Kemuliaan hanya dikaitkan dengan kegiatan ibadah puasa umat Islam di bulan Ramadan.
Bahkan Malam Kemuliaan berada hanya di satu titik kecil, satu hari (satu kali), di antara 30 hari kewajiban berpuasa kaum muslimin. Artinya, seorang muslim hanya memperoleh kesempatan menerima satu kali saja Lailatul Qadar dalam ibadah puasanya yang 30 hari itu.
Demikian agaknya kesatuan pendapat para ulama selama ini. Di luar itu, tak ada yang dapat disebut sebagai Lailatul Qadar, betapa pun besar arti kemaslahatannya suatu peristiwa bagi seorang muslim. Dan tidak setiap muslim yang berpuasa mendapat Lailatul Qadar.
Seperti yang telah dikenal, Surat Al-Qadr dalam Al-Quran menerangkan tentang keagungan Lailatul Qadar: “Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Quran pada Malam Kemuliaan. Dan tahukah kamu, apakah Malam Kemuliaan itu? Malam Kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. “
Di situ ada lima sifat dan kemuliaan yang terkandung di dalam Lailatul Qadar. Pertama, Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran. Kedua, Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan.
Ketiga, pada Lailatul Qadar para malaikat dan Malaikat Jibril turun ke dunia. Keempat, Lailatul Qadar adalah malam kesejahteraan. Kelima, Lailatul Qadar berlangsung sampai fajar.
Menurut penulis Lailatul Qadar, DR Faruq Hamadah, dosen Fakultas Adab Universitas Muhammad Al-Khamis, Rabath, Maroko (diterjemahkan oleh Amir Hamzah Fachrudin), arti Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan sama nilainya dengan 83 tahun lebih. Artinya, seseorang yang memperoleh kemuliaan Lailatul Qadar, ia dianggap telah melakukan kebaikan selama 83 tahun. (bersambung).