CSR sebagai Green Marketing
Disebutkan dalam artikel berjudul, “Green Marketing Mahal”( Marketing/edisi, September 2009 : 42), dijelaskan bahwa kesadaran dunia usaha terhadap lingkungan sudah mengemuka sejak tahun 70-an.
Namun, masih dalam bentuknya yang sederhana, yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). Barulah, di sekitar tahun 80-an sampai akhir 90-an, aktivitas green marketing yang sesunguhnya mulai muncul.
Penelitian John Grant yang dirilis dalam bukunya The Green Marketing Manifesto,menyebutkan bahwa pada tahun – tahun tersebut, beberapa peristiwa besar dunia, hingga lahirnya Partai Hijau yang menguat di Inggris, membuat kepekaan dunia usaha terhadap isu lingkungan semakin tinggi. Munculnya, kemudian di era ini berbagai merek dagang seperti The Body Shop (TBS), Ecover, Naturals Range, Down to Earth dan lain-lain.
Dalam buku The Green Marketing Manifesto disebutkan, tujuan green marketing dibagi dalam tiga tahap yaitu, green, yang bertujuan ke arah berkomunikasi bahwa merek atau perusahaan memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Selanjutnya greener, yang tujuannya selain untuk komersialisasi sebagai tujuan utama perusahaan, juga bertujuan untuk ikut mengubah gaya konsumen dalam mengonsumsi atau memakai produk.
Misalnya dalam penghematan kertas, menganjurkan menggunakan kertas bekas ( recycle). Terakhir adalah greenest, pada level ini perusahaan berusaha merubah budaya konsumen ke arah yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.
Menurut American Marketing Association lewat strategi green marketing ini, pemasaran suatu produk diasumsikan sebagai produk yang ramah lingkungan.
Namun apakah kampaye yang digembar-gemborkan tersebut dapat direalisasikan secara nyata, sehingga konsumen merasa puas dan percaya.
Untuk itulah, maka ada beberapa aktivitas yang perlu diselaraskan, seperti modifikasi produk, perubahan dalam proses, pergantian packaging, bahkan perubahan pada promosi, yang semua harus dapat merepresentasikan sesuai dengan tema green marketing yang diusungnya. (SA)