Bagaimana membesarkan anak untuk menjadi orang ‘baik’ dengan landasan moral sebagai pembimbing mereka setelah dewasa ? Bagaimana menyampaikan pesan dan ajaran moral kepada anak agar mudah dimengerti dan dipahami? Yuk, kita simak ulasan berikut ini.
Diakui memang tidak mudah menjalaskan logika pemahaman agama kepada anak balita dengan bahasa yang mudah dimengerti. Namun bukan berarti tidak ada cara untuk menyiasatinya. Ambil contoh, apa yang ditulis Maris Stella dalam bukunya berjudul, I Love U by God, mungkin bisa menjadi inspirasi. Suatu saat, putrinya, Kyla yang berusia 3 tahun, menanyakan tentang Tuhan. Maris Stella lalu mengajak putrinya pergi ke tepi pantai.
“Lihatlah langit dan pantai. Kasih sayang Tuhan melebihi tingginya langit dan dalamnya laut. Lebih tinggi dari pohon yang tertinggi sekalipun. Lebih luas dari luasnya alam raya.”
Kyla pun akhirnya mengerti, bahwa kasih sayang Tuhan itu pada intinya melebihi segala sesuatu. Dengan keluguannya, Kyla lalu menambahkan sendiri pemikirannya tentang Tuhan, “ Kasih sayang Tuhan lebih manis dari lollipop, lebih besar dari Dinosaurus yang ada di buku, lebih halus dari bulu boneka angsanya, dan lebih wangi dari susu strowberinya.”
Gambaran dan pengertian tentang Tuhan yang Maha Pengasih, memang sangat penting untuk membangun fondasi awal pengajaran agama pada anak. Dengan cara ini anak akan mengenal Tuhan dan ajarannya sebagai sosok yang maha pemurah, penuh kasih. Cara ini jauh lebih arif dan bijak, sehingga saat orangtua mulai memperkenalkan ajaran moral agama pada anak, maka si anak akan jauh lebih mudah untuk menerima dibanding jika yang dikenalkan adalah sosok Tuhan yang berwajah mengerikan atau menakutkan, yang selalu siap dengan hukuman atau siksaan.
Kapan saat tepat itu
Pertanyaannya, kapan saat yang tepat untuk mengajarkan tentang Tuhan dan ajaran moralitasnya? Sebenarnya, tidak ada waktu dan tempat yang benar-benar pas untuk mengajarkan kebaikan atau moralitas kepada anak. Setiap hari, sebagai orangtua, kita sering dihadapkan pada situasi dan kondisi dimana kita dapat menyelipkan pesan moral atau ajaran maupun sikap hidup baik yang sangat berguna bagi perkembangan spiritual anak.
Itu artinya, pemahaman tentang ajaran moral dan sikap hidup baik bisa diajarkan secara bersamaan, karena ajaran moral sejatinya bisa menyatu dalam setiap ucapan, gerak, sikap dan perilaku atau teladan langsung dari orangtua dalam semua aspek kehidupan.
Dr Robert Coles, Psikiater Anak, Profesor di Harvard University, dan penulis produktif Amerika yang terkenal dengan karyanya berjudul, Children of Crisistelah lama mengamati bahwa sebenarnya sejak usia dini anak-anak sudah memiliki intuisi dan kecenderungan untuk bisa memahami spiritualitas dalam kehidupan beragama, bahkan sebelum mereka mulai mengenal bahasa.
Dalam buku terbarunya, The Spiritual Life of Children Dr Robert Coles juga menekankan pentingnya kecerdasan moral ini diasah seiring dan sejalan dengan pertumbuhan emosi, psikologis, dan intelektual anak. Bukan dalam bentuk pengetahuan verbal, tetapi bagaimana muncul dalam sikap, perilaku dan pengalaman hidup sehari-hari. (SA)