Tidak ada lagi waktu untuk mengeluh. Jika kita ingin hidup sehat dan peduli terhadap lingkungan, inilah saatnya memulai dari diri sendiri, sekarang juga.
Apa yang Anda rasakan saat ini jika tidak mengenakan masker saat berkendara motor. Atau apa yang Anda keluhkan saat berada di ruang terbuka di siang hari?
Selain bising oleh suara sember kendaraan bermotor, dapat dipastikan bahwa Anda sangat terganggu dengan polusi udara oleh gas buang sisa kendaran bermotor. Keluhan dan kekhawatiran terhadap cemaran dan polusi udara di kota-kota besar ini sudah bukan rahasia lagi.
Sudah banyak penelitian yang mendukung kekhawatiran Anda tersebut. Bank Dunia (2004) misalnya dalam survainya terhadap 111 kota di dunia, pernah menyatakan bahwa Jakarta menempati peringkat ke sembilan sebagai kota dengan kadar partikel debu dalam udara terbanyak (104 mikrogram per meter kubik).
Padahal Uni Eropa, menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara.
Hasil survai Bank Dunia (2004) tersebut ternyata tidak jauh beda dengan apa yang ditemukan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).
Lewat pemantauan Air Quality Monitoring System (AQMS) yang tersebar di lima titik di wilayah Jakarta, WALHI menyatakan jumlah hari dengan kualitas udara buruk di Jakarta terus meningkat setiap tahunnya.
Tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 22 hari dalam setahun; tahun 2003 hanya selama 18 hari; tahun 2005 ada 20 hari. Namun, setelah pemerintah daerah mengoperasikan busway (2006), jumlah hari dengan kualitas udara sehat di Jakarta meningkat menjadi 64 hari dalam setahun.
Tentu, tak seorang pun menginginkan kualitas udara di sekitar kita semakin memburuk, bukan? Agar kita tidak perlu mengenakan masker oksigen di dalam rumah, apalagi saat berada di luar rumah.
Beberapa langkah sederhana berikut ini dapat Anda lakukan sebagai cara nyata untuk hidup sehat dan ramah lingkungan, sekaligus sebagai upaya menyelamatkan bumi yang kita tinggali dari dampak pemanasan global. (SA)