Beberapa hasil penelitian menunjukkan, beberapa pasien DM yang berpuasa justru menunjukkan perbaikan kadar gula darah disertai penurunan berat badan.
Berpuasalah, engkau akan sehat. Demikian bunyai sebuah hadist Nabi Muhammad SAW. Dan secara medis, faktnya puasa memang sama sekali tidak mengganggu kesehatan. Karena meski selama sekitar 14 jam tidak ada asupan kalori, untuk mempertahankan kadar gula darah, secara alamitubuh akan memecahcadangan energi dari liver. “Cadangan energi liver dapat menjadi sumber gula darah untuk kebutuhan otak, jaringan saraf dan sel-sel darah selama 12-16 jam,” jelas dr. Imam Subekti, SpPD, KEMB, dari Divisi Metabolik Endoktrin, Departemen IPD FKUI/RSCM dalam sebuah seminar.
Cadangan energi (glikogen) di liver, diperoleh dari sisa energi yang berasal dari asupan makanan. Cadangan energi di liver secara otomatis akan digunakan, bila sewaktu-waktu tubuh mengalami kekurangan makanan.
Perubahan pola makan
Saat berpuasa, terjadi perubahan pola makan dan pola tidur. Menurut, DR.dr. Siti Setiati, MEpid, SpPD, KGER, penelitian yang dilakukan oleh Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPD) FKUI/RSCM, tahun 1997 menyebutkan, seseorang yang berpuasa akan berkurang asupan makanannya sebesar 12% dari asupan sehari-hari. Hal ini akan berpengaruh pada perubahan pola hormonal dan metabolisme tubuh. Namun ini tidak banyak berpengaruh pada organ tubuh seseorang, karena akan kembali normal setelah beberapa hari berpuasa.
Bagaimana dengan pasien diabetes militus (DM) atau kencing manis? Seperti diketahui, diabetes ada dua tipe. Tipe 1 disebabkan kekurangan insulin, sedangkan tipe 2 disebabkan insulin tidak berfungsi dengan baik. Bagi pasien DM tipe 2, banyak penelitian yang memperlihatkan tidak adanya efek buruk karena puasa. Asalkan, glukosa darah terkendali.Yaitu, kadar gula darah puasa kurang dari 110 mg% dan kadar gula darah 2 jam sesudah makan kurang dari 160 mg%,” jelas dr. Imam.
Memang bagi pasien DM yang tidak terkontrol, bisa bermasalah. Itu karena, biasanya, terjadi kekurangan jumlah atau kualitas insulin, sehingga kemampuan menyimpan sisa energi berkurang. Jika terus berlangsung, bisa terjadi pemecahan sumber energi lain seperti lemak lebih awal yang berisiko pada komplikasi akut (ketoasidosis).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan, beberapa pasien DM yang berpuasa justru menunjukkan perbaikan kadar gula darah disertai penurunan berat badan. Hipoglikemia bisa terjadi, tapi sifatnya ringan dan tidak memerlukan perawatan. “Dari penelitian yang kami lakukan, ternyata kadar glukosa darah di bawah 250 mg%. Masih cukup aman untuk orang berpuasa,” kata dr. Imam.
Boleh dan Tidak
Kendati demikian, menurut para ahli metabolik dan endokrin, puasa sebaiknya tidak dilakukan oleh penderita DM tipe 1 yang tidak stabil dan pasien DM tipe 1 atau tipe 2 dengan kontrol yang buruk. Juga bagi pasien DM dengan komplikasi serius, yang sedang hamil dan yang sedang mengalami infeksi.
Sebaliknya, puasa dianjurkan bagi pengidap DM tipe 2 yang terkontrol baik. dengan berat badan berlebih. Sebab menurut para pakar, puasa bisa memperbaiki sensitivitas insulin dan mengontrol metabolik serta mengurangi berat badan. Hanya saja, perlu memonitor glukosa darah secara ketat, agar tidak berfluktuasi selama berpuasa. Pasien harus tahu gejala hipoglikemia dan dehidrasi. Jika kadar glukosa darah kurang dari 63 mg/dl, segera berbuka, secara bertahap.
Kadar gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah (hipoglikemia), baik selama puasa maupun pada hari-hari biasa, memang harus dihindarkan. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada pasien DM usia lanjut karena bisa berakibat fatal. Hipoglikemia bisa terjadi saat puasa, terutama sore hari menjelang berbuka. Tanda-tadanya antara lain gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, kesemutan pada lidah dan bibir, penglihatan ganda dan bingung. Bila dibiarkan, kesadaran akan menurun dan kejang-kejang. (SA