Seringnya kita gampang tergoda untuk makan meski sebetulnya tidak lapar. Ada yang menyebut dengan istilah lapar mata. Pertanyaananya, sebenarnya apa seh beda makan karena lapar dan tidak?
Sehatalami.co ~ Seringkali kita merasa tiba-tiba ingin mencicipi makanan tertentu setelah kita melihatnya. Padahl kita baru saja makan. Tetapi tidak jarang kita enggan makan meski perut terasa lapar. Keduanya memberikan dampak berbeda bagi tubuh kita.
Meski begitu, seringnya kita gampang tergoda untuk makan meski sebetulnya tidak lapar. Ada yang menyebut dengan istilah lapar mata. Pertanyaananya, sebenarnya apa seh beda makan karena lapar dan tidak? Sebenarnya mudah membedakan antara makan karena lapar dengan makan bukan karena lapar.
Karena itu, sebelum kita terjebak untuk menghakimi diri sendiri –atau malah orang lain, misalnya pasangan, saudara, anak, atau famili– apakah sudah “terinfeksi” virus ‘doyan makan” atau keranjingan makan, berikut 5 acuan yang bisa dijadikan pedoman:
- Keinginan makan karena keranjingan makan muncul secara mendadak. Tiba-tiba saja ingin makan! Sebaliknya, keinginan makan karena lapar muncul secara bertahap.
- Orang yang biasa makan bukan karena lapar, hanya akan menyuap makanan tertentu saja. Yang sudah teridentifikasi dalam penelitian di AS, biasanya mereka melahap pizza, steak, es krim, kue kering, keripik kentang. Untuk kita di Indonesia, bisa saja keranjingan ini muncul terhadap hidangan mi (mi ayam, mi goreng, mi bakso), kue-kue basah, cake, atau kue kering. Sebaliknya, keinginan makan karena lapar bisa terbuka terhadap berbagai pilihan makanan, bukan makanan tertentu saja.
- “Lapar mulut” harus segera dipenuhi, sulit dibendung dan sulit menunggu. Sebaliknya, lapar perut, yakni keinginan makan karena lapar beneran, bisa ditunda dan bisa menunggu beberapa waktu.
- Jika sudah kenyang, pengidap keranjingan makan tidak akan berhenti makan. Ia terus memasukkan makanan ke dalam mulut dan terus saja mengunyah. Bedanya dengan yang lapar beneran, akan segera berhenti makan setelah kenyang.
Selesai makan, kegiatan makan karena “lapar mulut” menyisakan rasa bersalah, stres, depresi, kesepian, bosan, bahkan marah pada diri sendiri. Sebaliknya, makan karena lapar, tidak. (SA)