Slogan kosong?
Sebagian kalangan menilai, pedoman umum Gizi Seimbang justru lebih rumit untuk dilaksanakan. “Bikin bingung! Apalagi, program ini tidak diimbangi dengan arahan bagaimana cara menyesuaikannya dengan kondisi kita masing-masing. Berbeda dengan Empat Sehat Lima Sempurna yang jelas-jelas mengatakan kita harus makan sepiring nasi, lauk, sayur, dan buah,” keluh Annida (37 tahun), ibu rumah tangga di Bintaro, Tangerang.
Keluhan Annida memang beralasan meski tidak sepenuhnya benar. Sebetulnya pedoman Gizi Seimbang bukannya lebih rumit, tapi dibuat lebih detail. Simbol Tumpeng Gizi Seimbang yang diletakkan dalam sebuah baki juga berisi gambar beberapa cabang olahraga, orang sedang mencuci tangan, dan timbangan. Artinya, yang dimaksud “seimbang” tidak hanya berkutat pada soal makanan. Makanan yang dikonsumsi juga harus diseimbangkan dengan aktivitas fisik, menjaga kebersihan, serta memantau berat badan.
Sejauh ini, memang begitulah temuan para ahli gizi tentang kenyataan cara menuju hidup sehat. Konsumsi makanan yang seimbang dengan aktivitas fisik, akan membuat metabolisme berjalan lebih efektif. Kalori yang masuk tidak tertimbun begitu saja dan menyebabkan obesitas. Dengan menjaga kebersihan, setidaknya kita sudah berupaya mencegah datangnya penyakit.
Memantau berat badan membuat kita mengenali sinyal baik atau tidaknya status gizi. Karena, terlalu kurus atau terlalu gemuk sama-sama menandakan gizi kita belum seimbang. Terlepas dari kurangnya sosialisasi, namanya juga pedoman. Meskipun disusun sesempurna mungkin, harap maklum jika masih jauh dari harapan semua orang. Semoga, ketidakpuasan itu memacu kita untuk tidak berhenti mengenali tubuh sendiri, sekaligus terus belajar mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.( SA)