Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom, berpendapat bahwa tidak adanya wabah virus corona COVID-19 yang terjadi di Indonesia saat ini karena masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengonsumsi herbal salah satunya curcumin dan temulawak.
Sehatalami.co ~ Ada sebuah artikel berjudul ‘Seorang Peneliti Surabaya Temukan Penangkal Virus Corona’ viral di grup-grup percakapan di telepon genggam. Sebagaimana dilansir dari media nasional, artikel tersebut menuturkan penjelasan dan temuan dari Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom yang dikaitkan dengan situasi wabah virus corona COVID-19 saat ini.
Dilansir dari laman berita tempo.co (14/2/2020), bahwa untuk menangkal virus corona adalah dengan menangkal badai sitokin yang tak lain sebuah proses biologis dalam paru karena adanya infeksi virus corona. “Untuk menangkal badai sitokin terdapat pada curcumin yang ada pada jahe, kunyit, sereh dan temulawak yang biasa dibuat bumbu masak serta minuman segar,” tulis artikel tersebut.
Dalam artikel tersebut pula Nidom menyebutkan jika obat-obat herbal itu sudah biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa virus corona belum menyebar di Indonesia. “Bisa jadi karena masyarakat Indonesia terbiasa minum jamu atau bisa juga karena virus itu tidak sesuai dengan kondisi tubuh masyarakat Indonesia,” katanya di artikel itu.
Apa kandungan senyawa temulawak
Terlepas dari argumentasi dalam artikel tersebut, penting kita untuk kembali mengupas temulaak atau Curcuma xanthorrhiza yang merupakan tanaman yang menghasilkan rimpang atau umbi akar yang memiliki khasiat sebagai tanaman herbal (jamu).
Tumbuhan yang memiliki nama Latin Curcuma Roxb xanthorrhiza termasuk dalam anggota jahe. Jahe liar adalah tanaman asli Indonesia. Tumbuhan ini hidup di dataran pulau Maluku, Jawa, dan Kalimantan.
Tanaman ini memiliki banyak nama, karena di beberapa daerah berbeda dalam menyebut tanaman ini. Misalnya temulawak di suatu daerah yang disebut pertemuan labak Madura, sedangkan di Sunda disebut pertemuan koneng. Media tanam temulawak pun sama dengan media tanam untuk jahe, sehingga di mana ada tanah subur untuk tumbuhan jahe di situ juga bisa tumbuh temulawak.
Temulawak ini seperti jahe yang juga dapat hidup hingga ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Umbi akar temulawak berwarna kuning gelap, atau cokelat dengan karakteristik bau yang khas. Ada pun ukuran umbinya biasanya berdiameter 15 cm dan panjang 6 cm.
Pemanfaatan Temulawak
Umumnya masyarakat Indonesia mengonsumsi temulawak dalam bentuk minuman jamu atau dalam bentuk suplemen. Namun, banyak juga yang memanfaatkannya sebagai obat alami untuk menjaga dan mengobati gangguan macam penyakit. (bersambung).