Rebung juga mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh seperti potasium yang berperan dalam mengatur kestabilan tekanan darah dan denyut jantung. Masih ada lagi, senyawa lignin yang diyakini sebagai zat antikanker dan asam fenol yang berpotensi sebagai antioksidan.
Sehatalami.co ~ Rebung adalah tunas muda (dipanen saat batangnya mencapai tinggi 20-30 cm) berdiameter 7-15 cm) yang tumbuh dari akar bambu. Biasanya dipenuhi glugut (rambut bambu) yang gatal. Rebung berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, berwarna cokelat.
Bagian bambu yang dapat dikonsumsi, yaitu tunas bambu dan daun bambu. Tunas bambu atau rebung sudah lama dikenal masyarakat sebagai bahan pangan yang cukup merakyat. Di India, rebung disebut karira sebagai bumbu kering yang ditambahkan pada masakan kari. Sedangkan di Kamboja, rebung menjadi hidangan yang sudah sangat populer, yaitu caw. Di Jepang, ada hidangan khusus musim semi berupa nasi rebung yaitu takenoko gohan.
Hanya bambu yang menghasilkan rebung dengan kandungan asam sianida rendah yang aman dikonsumsi, misalnya rebung petung yang berkelopak merah, yang paling enak. Jenis lainnya rebung kuning, rebung legi, rebung rampal.
Bambu penghasil rebung banyak dibudidayakan di kawasan Dieng, Jawa Tengah, Tabanan Bali, Sumedang, dan Sukabumi, Jawa Barat. Rebung dipanen saat musim hujan, sehingga lebih mudah menemukannya di pasar pada saat itu.
Kandungan zat gizi rebung
Zat gizi utama dalam rebung adalah serat dan merupakan sumber vitamin C, vitamin E, kumpulan vitamin B (antara lain: tiamin, riboflavin, niasin), besi serta beberapa jenis asam amino. Rebung juga mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh seperti potasium yang berperan dalam mengatur kestabilan tekanan darah dan denyut jantung. Masih ada lagi, senyawa lignin yang diyakini sebagai zat antikanker dan asam fenol yang berpotensi sebagai antioksidan.
Masyarakat sudah paham, bahwa sebelum memasaknya, rebung biasanya diperlakukan secara khusus, yaitu direndam, direbus, direndam lagi. Tujuannya untuk membuang racun alam, yaitu asam sianida, sebagai bahan toksin yang dapat menyebabkan gejala mual, pusing, kejang, lemas, muntah, dan penyempitan saluran pernapasan. Namun dengan perebusan sampai mendidih, asam sianida bisa ikut menguap.
Berbagai penelitian tentang rebung
Kandungan serat yang berlimpah dalam bambu termasuk dalam ’anak bambu’ atau rebung diyakini mampu meringankan gejala penyakit.
Park Eun Jin di Departement of Food Science and Human Nutrition, Universitas Washington menemukan bahwa rebung mengandung 2,5 g per 100 g serat yang berkhasiat melancarkan buang air besar dan mencegah konstipasi. Penelitian Park melibatkan 8 responden wanita yang diberi diet rebung 360 g selama 6 hari. Terbukti bahwa serat beta-glukan dalam rebung membentuk massa pada kotoran dan lapisan pada dinding usus besar sehingga kotoran cepat tersekresi keluar tubuh.
Bambu berperan melindungi tubuh dari penyakit kardiovaskuler.Penelitian yang dilakukan oleh Purdue University mengemukakan bahwa kemampuan rebung dalam menurunkan kolesterol berhubungan dengan kandungan serat beta-glukan yang mampu mencegah penempelan plak kolesterol dalam pembuluh darah dan kemudian membuangnya bersama kotoran.
Hasil studi menunjukkan, dengan mengonsumsi rebung setiap hari, kadar kolesterol turun sebanyak 23%. Pernyataan ini didukung oleh Park Eun Jin bahwa mengonsumsi 360 g rebung setiap hari akan menurunkan kolesterol total sebesar 3,9 mg/dl dan kolesterol LDL 16,1 mg/dl. Rebung juga kaya akan potasium yang menyeimbangkan elektrolit tubuh, mengatur tekanan darah, menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung.
Antioksidan dalam rebung
Antioksidan dalam rebung atau bambu muda, termasuk rebung, juga terdapat dalam bentuk senyawa fitokimia seperti phenolic acid (polyphenol), asam klorogenik, lakton, dan flavanoid. Prof Furuno Takeshi dari Beijing University Forestry menyatakan bahwa bambu merupakan sumber flavanoid dalam bentuk triterpenoid yang memiliki kemampuan antikanker dan mencegah aterosklerosis.
Zhang Yu dalam Journal Agriculture Food Chemical menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada bambu memiliki kemampuan menurunkan kadar akrilamida pada kentang goreng yang dapat memicu kanker. Penelitian di Zheijan University, Cina, membuktikan bahwa senyawa flavanoid aktif yaitu triterpenoid yang terkandung dalam rebung mampu menghambat pertumbuhan tumor pada tikus dengan meningkatkan kematian sel tumor
Tak hanya itu, bambu juga bemanfaat dalam proses pengawetan makanan. Studi yang dilakukan China Agriculture University mengemukakan bahwa dalam rebung terdapat dendrocin sejenis protein yang dapat menghentikan pertumbuhan jamur pada makanan dengan cara merusak aktivitas ribonukleus jamur.
Sedangkan penelitian di Universitas Chonnam menunjukkan aktivitas antibiotik ekstrak daun bambu dengan larutan 95% etanol ternyata mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan Salomonella sehingga dapat mencegah pembusukan dalam proses pengawetan makanan.
Selama ini masyarakat kita mengenal daun bambu sebagai pembungkus kue dan penganan tradisional. Di Hokkaido, daerah bagian utara Jepang, daun bambu dijadikan teh yang disebut teh Kuma Saza.
Bambu yang dipilih jenis Sasa senanesis. Teh daun bambu ini berwarna kehijauan, berkhasiat karena kandungan alkalinya. Selain itu, teh daun bambu kaya akan asam amino dan vitamin B1. Teh ini mengandung senyawa polisakarida dan flavanoid yang baik untuk mengatasi masalah pencernaan, dan berperan sebagai antioksidan. Rasa teh ini hampir mirip dengan teh hijau, tetapi lebih ringan.
Kebiasaan masyarakat Hokkaido mengonsumsi teh Kuma Saza didasari keyakinan bahwa teh daun bambu ini mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan melawan sel kanker. Menurut Prof Hiroshi Maeda dari Sojo University, sejenis polisakarida (yaitu beta-glukan) dalam ekstrak daun bambu dapat menghambat pertumbuhan sel kanker dengan cara meningkatkan pengeluaran sel natural killer dan makrofag untuk mengganggu pertumbuhan sel tumor.
Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Journal of the American Association for Cancer Research, terbukti bahwa penggunaan beta-glukan (bersama terapi lain) untuk kanker payudara, secara nyata mampu mengecilkan tumor payudara, dibandingkan dengan pengobatan tanpa tambahan beta-glukan. Namun penelitian ini baru bisa dilakukan pada tikus. Sampai sekarang penelitian lebih lanjut masih terus berlangsung.
Sementara itu di Peru, teh daun bambu secara tradisi telah dimanfaatkan sebagai minuman peluruh janin alias membantu proses aborsi. Oleh karena itu teh ini tidak boleh diminum oleh ibu hamil.
Produk teh daun bambu belum banyak ditemukan diI Indonesia. Yang sudah ada di sini, ekstrak daun bambu yang dijual dalam bentuk kapsul. Namun sebelum mengonsumsinya, sebaiknya perlu dikonsultasikan kepada ahlinya.
Kecantikan alami dari bambu
Silika alami yang terkandung dalam sel daun dan kulit batang bambu sudah dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sabun wajah, lotion, dan cleanser. Silika alami bambu berperan dalam mempertahankan kelembaban jaringan kulit dan memperlambat penuaan dini.
Ilmu kecantikan Ayurveda menggunakan silika bambu atau disebut tabashir untuk perawatan rambut. Caranya dengan mencampur silika bambu yang telah diekstrak dari kulit dan akar bambu dengan kunyit, diusapkan ke rambut dan kulit kepala. Silika bambu mampu memelihara sel rambut, sehingga bisa mencegah kerontokan, dan memberikan kilau pada rambut. Itu baru sebagian khasiat yang sudah terkuak dari balik kehijauan rumpun bambu. (SA)