Dalam buku WHO Monographs on Selected Medical Plants, Vol. 2, 2002, dinyatakan bahwa hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa herba sambiloto dapat menghambat pertumbuhan virus HIV.
Sehatalami.co ~ Obat alami, obat yang berasal dari bahan alam, misalnya tanaman obat, sudah sejak lama dikenal oleh moyang kita, bahkan jauh sebelum munculnya obat kimia, yang biasa disebut obat modern oleh masyarakat kita. Dari abad ke abad, mereka ternyata mampu bertahan dan melahirkan generasi sekarang ini.
Kenyataan ini dengan jelas menunjukkan bahwa secara empiris obat-obat alam yang mereka gunakan memang berkhasiat, sehingga mampu mengatasi gangguan kesehatan yang mereka alami.
Sambiloto dan jambu biji misalnya, meski memiliki peluang sebagai obat alami untuk atasi berbagai penyakit namun belum juga dilirik. Tumbuhan ini berdasarkan buku Pharmacology And Applications ofChinese Materia MedicaVol 2, 1987 karangan Hson-Mou Chang dkk, berdasar uji klinik dan farmakologi, dinyatakan berkhasiat melawan infeksi saluran napas atas, baik infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri.
Dalam buku WHO Monographs on Selected Medical Plants, Vol. 2, 2002, dinyatakan bahwa hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa herba sambiloto dapat menghambat pertumbuhan virus HIV.
Namun sampai detik ini pun tidak ada yang tergerak memulai melakukan tindakan untuk mencobakannya pada ternak yang sakit, misalnya dengan mencampurkkan serbuk herba sambiloto dengan dosis tertentu pada pakan ternak unggas yang masih sehat. Padahal jika digunakan obat dari herba sambiloto ini, biaya yang dikeluarkan kecil sekali. Mengapa tidak ada yang tertarik dan tergerak untuk menggunakannya ?
Ketika muncul wabah berikutnya, demam berdarah dengue (DBD), lagi-lagi terlihat, obat alam belum mendapat perhatian. Padahal hasil penelitian sudah tersebar luas dari pengujian di laboratorium bahwa ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas virus DBD. Uji cba pada hewan mencit, diketahui bahwa ekstrak daun jambu biji dapat meningkatkan jumlah trombosit.
Selanjutnya setelah dilakukan studi klinik pada manusia yakni pada penderita DBD yang dilakukan oleh peneliti DR Drs Suprapto Ma’at (apoteker) yang bersama-sama dengan Prof Dr Harjono Achmad SpPD di RS Syaiful Anwar Malang, dapatlah dibuktikan bahwa pemberian ekstak daun jambu biji dengan dosis 3 kali sehari 2 kapsul @ 500 mg kepada relawan penderita DBD mempercepat pencapaian jumlah trombosit >100.000 / uL pada hari ke-5.
Dari hasil studi klinik lain yang terhadap relawan penderita DBD yang diberi ekstrak daun jambu biji dengan dosis 2 x 500 mg ekstrak setiap 4 – 6 jam, terjadi peningkatan jumlah trombosis yang nyata, yaitu pencapaian jumlah trombosit >100.000/uL dapat terwujud setelah 12 – 24 jam, tanpa ada efek samping. Sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
Contoh lain hasil penelitian yang sangat menggembirakan, adalah Meniran (Phyllanthus niruri L) yang mampu menyembuhkan penyakit hepatitis B. Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb) yang kandungan rimpangnya dapat menyembuhkan tukak peptik, menjaga kesehatan hati.
Yang bernasib baik adalah buah mengkudu. Karena baunya menyengat, buah ini tak dipandang sebelah mata. Tetapi ketika seorang ilmuwan, Dr. Ralph Henike, menunjukkan bahwa buah mengkudu itu dapat menyembuhkan beberapa penyakit, maka buah mengkudu tersebut kini sangat dipuja.
Belum dilirik
Namun kenyataannya, sampai saat ini, peran obat alam itu masih tetap terpinggirkan. Contoh terlihat jelas saat di negeri ini, diterjang wabah flu burung dan demam berdarah. Selain menimbulkan kekhawatiran mengkonsumsi daging ayam (yang merugikan peternak unggas), juga meluasnya kegelisahan akan semakin banyaknya ayam yang tertulari.
Berbagai upaya pun dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri, melakukan vaksinasi (bahkan sampai mendatangkan vaksin dari luar negeri), meningkatkan sanitasi dan penyuluhan kepada masyarakat luas.
Namun perlu dicatat bahwa tidak terdengar upaya untuk menggunakan obat dari alam yang di Indonesia banyak tumbuh di seluruh pelosok tanah air, misalnya sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Ini perlu menjadi bahan pemikiran kita semua.
Kuncinya, mari makin cintai alam
Alasan yang sering dilontarkan kalangan medis tentang belum digunakannya produk alamiah tersebut pada pengobatan, karena belum ada hasil uji yang mendukung penggunaannya. Mungkin pernyataan ini ada betulnya.
Namun dengan hasil penelitian pada mengkudu, sambiloto dan lain-lain, diharapkan tidak ada persepsi yang meremehkan lagi terhadap obat bahan alam. Perlunya terus menerus meningkatkan penelitian adalah juga menghapus sebagian keraguan manfaat obat alam.
Kita belum terlambat untuk mencontoh negar-negara lain seperti Cina, Jerman, Belanda, India, dsb. yang telah memberikan peranan yang lebih besar pada obat-obat alam dalam pembangunan kesehatan negerinya.
Kuncinya hanya satu yakni marilah kita mulai mencintai alam, back to nature, karena tanpa mencintai alam kita tidak akan mungkin mendekati alam, Dan jika kita jauh dari alam, kita tidak berkeinginan untuk menelitinya, mengembangkannya, dan selanjutnya meningkatkan mutunya, sampai memanfaatkannya sehingga berdaya guna dan berhasil guna. (SA)