Dalam masyarakat kita, ucapan syukur kadang terlontar di saat mengalami musibah. “Untung motor itu sempat ngerem, kalau tidak, saya sudah ketabrak!” padahal Anda sudah babak belur disrempetnya. Atau “Untung yang dicopet cuma dompet uang bukan dompet kartu,” padahal Anda sudah kehilangan beberapa ratus ribu rupiah; tetapi masih beruntung daripada kehilangan KTP, SIM, dan kartu-kartu kredit.
Atau “Untung saja ada yang menolong ketika aku terjatuh di Mal,” Ucapan-ucapan semacam itu merupakan ucapan syukur yang tidak sengaja terucap ketika kita mengalami musibah dalam kejadian sehari-hari.
Dalam kalimat-kalimat tersebut tersirat rasa senang, beruntung, terima kasih kepada Allah yang telah melindungi kita. Mereka yang selalu bersyukur dalam senang maupun ketika mengalami musibah, akan selalu merasa berkah dan tenang dalam hidupnya. Tidak ada dendam, sehingga pikiran bisa fokus pada hal-hal positif dan bermanfaat. Tidak mudah terintimidasi untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.
Bersyukur & hukum alam
“Menyadari pemberian/perlindungan Allah dan menyukurinya, merupakan prinsip yang sederhana,” tulis Dr Demartini, “tetapi jika dilakukan dengan sepenuh hati, akan mampu mengubah jalan hidup Anda.”
“Kita ini diciptakan sesuai dengan prinsip-prinsip alam semesta ciptaan Allah,” kata Dr Demartini. “Dan alam semesta akan ‘meniru’ perbuatan kita dalam skala besar,” tulisnya. Ia memberikan contoh, jika Anda memberi hadiah kepada seseorang dan orang itu tidak berterima kasih malah menyingkirkan hadiah itu, maka tentu saja lain kali Anda tidak akan memberinya hadiah lagi. (bersambung).