Tiga fase mencekam yang harus ia jalani. Mencari RS rujukan setelah dinyatakan positif, menjalani isolasi mandiri secara ketat, tetap optimis sambal meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas tubuh), hingga kembali dinyatakan negatif.
Sehatalami.co ~ Awalnya tidak ada tanda-tanda atau gejala kalau ia sakit. Ia masih menjalankan aktivitas dan mengisi hari-hari dengan normal. Pagi berangkat kerja ke kantor dan melakukan kegiatan rutin. Namun takdir menentukan lain.
Pada hari Minggu pagi, ia melakukan swab PCR. Besoknya mendapatkan hasilnya. Dan… ternyata, ia dinyatakan positif Covid-19.
Ia tak percaya. Karena sama sekali tidak merasakan gejala. Lalu konsultasi ke dua orang dokter. Mengirimkan hasil tes swab. Ternyata dua dokter yang diminta pendapatnya itu, juga menyatakan bahwa ia benar terpapar positif Covid-19.
Dokter pun menyarankan agar, ia melakukan isolasi mandiri dan menjaga imunitas. Ia pun segera mentelpon istri di rumah agar mengkondisikan keluarga dan anak-anak. Juga memberi tahu RT di lingkungan tempat tinggalnya.
Pak RT lalu koordinasi dengan Satgas Covid setempat. Juga menginformasikan kepada warga dan para jamaah masjid tempat, ia menunaikan sholat berjamaah.
Masjid itu pun kemudian dibersikan dan dilakukan penyemprotan disinfektan. Untuk sterilisasi dan mencegah penyebaran.
“Semua warga dan jamaah masjid serta teman-teman di kantor mendoakan dan mensuport saya. Agar saya sehat, kuat dan terbebas dari Covid-19. Alhamdulillah…,” ujar Ade Mujhiyat, salah seorang ASN di Kementerian Pertanian.
Tak lupa, ia pun segera menyarankan istri agar melakukan tes untuk seluruh anggota keluarga dan asisten rumah tangga. “Hasilnya, alhamdulillah semua negatif. Saya sangat bersyukur,” ujarnya.
Semua teman-teman kantor juga melakukan tes swab. Terutama yang satu ruangan dengannya. Hasilnya alhamdulillah negatif.
Ia pun harus menjalani isolasi mandiri, sebelum mendapatkan rumah sakit rujukan. Menjalankan disiplin dengan ketat. Mengikuti saran dokter dan protokol medis.
Pengalaman mencari RS rujukan
Namun, saat itu ia masih berkativitas dan berkerja seperti biasa, meski dari rumah. Namun siang hari, entah kenapa, ia merasakan tubuh mulai tak enak. Kaki dan tangan terasa dingin. Badan meriang.
Akhirnya aku ijin pulang. Ketika di perjalanan, aku mulai merasakan sakit tegorokan. Tiba-tiba batuk tanpa sebab.
Akhirnya malam hari aku periksa ke Klinik. Dokter menanyakan tentang keluhan apa yang ku rasakan? Aku jawab, aku mulai meriang, badan lemes penciuman berkurang, dan sesaak nafas. Lalu dokter menjelaskan, “ini gejala COVID 19.”
Malam itu juga, akhirnya aku dikasih rujukan untuk segera dibawa ke rumah sakit terbesar di mana pun yang tersedia. Aku pun berpamitan kepada anak-anak, yang nampak lelah karena sudah mulai larut malam, untuk ijin pergi melakukan cek darah. Aku tidak bilang mau di Rawat di RS. Hal ini agar anak-anakku bisa merasa tenang.
Test terakhir hasilnya, NEGATIF
Alhamdulillah. Saya bersyukur kepada Allah SWT. Hasil tes swab terakhir saya dinyatakan Negatif. Kondisi ini diperoleh setelah saya menjalani masa isolasi selama sepuluh hari penuh. Dengan disiplin ketat dan mematuhi protokol medis.
Pasca ditetapkan sebagai pasien positif Covid-19, saya memang langsung mengkondisikan keluarga dan lapor ke pak RT dan Satgas Covid setempat. Saya juga menginformasikan kepada teman-teman di kantor dan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk memberitahu orang-orang yang pernah berinteraksi dan kontak dengan diriku. Sehingga bisa dipastikan mereka semuanya aman.
Saya masih beruntung bisa menjalani isolasi mandiri di rumah dengan nyaman. Tanpa harus di rawat di rumah sakit. Sebab, banyak rumah sakit yang kondisinya full.
Selama isolasi tersebut, banyak saudara, teman dan tetangga yang mendoakan serta bersimpatik. Bahkan saya banyak mendapatkan kiriman parsel, buah-buahan, obat-obat herbal dan aneka makanan. Ada juga yang ngasih bantuan dana di dalam amplop dan via transfer. Alhamdulillah. Saya berterima kasih atas semuanya.
Perhatian, kepedulian dan support yang sangat luar biasa dari saudara, teman dan para tetangga. Mereka semua berharap agar saya bisa kuat dan sehat kembali seperti sedia kala.
Namun demikian, saya pun harus tetap berkoordinasi dan konsultasi dengan dokter yang mengerti persoalan medis. Alhamdulillah… ada dua orang kawan dokter yang ikut memantau perkembangan kondisi saya. Bahkan untuk memastikan kondisi kesehatanku, ia melakukan video call menanyakan keluhan dan gejala sakit yang dirasakan.
Alhamdulillah saya tidak merasakan ada keluhan dan gejala sakit yang mengkhawatirkan. Kondisi fisik dan pernafasan masih normal semuanya. Hanya memang badan sedikit terasa pegal-pegal dan cepat lelah. Namun secara umum semua masih normal.
Saya disarankan oleh kawan dokter tersebut untuk tetap menjaga imunitas dan kondisi fisik dengan mengkonsumsi vitamin D. Saya pun menurutinya. Demi kesembuhan dan kesehatan. Namun tidak mudah mendapatkan vitamin D dengan dosis tinggi. Tidak semua apotik menjualnya. Akhirnya saya pun mendapatkannya dari tempat yang lain.
Selain itu, saya juga disarankan oleh kawan Kepala Laboratorium RSPP agar selama isolasi mandiri di dalam rumah, harus dipastikan fentilasi dan sirkulasi udaranya cukup bagus. Jaga kebersihan dan steriliasasi. Alat makan dan minum tidak campur. Juga upayakan untuk berjemur dan olah raga ringan dengan tetap memakai masker. Semuanya saya lakukan dan patuhi.
Yang tak kalah pentingnya, tentu saja kita harus tetap ikhlas, sabar dan bertawakkal kepada Allah SWT. Seraya terus berdoa agar diberikan kesehatan dan terbebas dari wabah Covid-19. Karena Allah Maha Kuasa untuk selalu melindungi dan menjaga kita dari berbagai marabahaya.
Masa isolasi mandiri ini telah memberi ruang tersendiri kepada saya. Untuk semakin medekatkan diri kepada Allah SWT. Merasakan betapa rapuh dan tak berdayanya kita diterjang virus yang bernama Corona. Disamping juga merasakan betapa mahalnya nikmat kesehatan yang selama ini diberikan Nya.
Setelah sepuluh hari menjalani isolasi mandiri. Dengan disiplin ketat dan selalu mematuhi protokol medis. Hasil tes swab terakhir saya dinyatakan Negatif. Alhamdulillah…
Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kekuatan jasmani dan ruhani kepada kita. Juga melindungi kita dari wabah Covid-19. Amiin. (Villa Dago, 20.01.2021).
Lain lagi cerita, Yunnie Sumardi
Ia mengaku berangkat ke Rumah Sakit pukul 8 malam. Dianter oleh suami. Dalam perjalanan, nafas mulai terasa sesak. Tak ada osigen. “Suami pun binggung. Ia hanya bilang, “sabar-sabar, nanti dapat rumah sakit. Ya… Allah. Rasanya aku sudah mau mati ketika itu, “akunya sebagaimana dituliskan di wall FB Ade Mujhiyat.
Ia dan suami pun terus mencari Rumah Sakit yang terdekat dahulu. Ia, tak terasa sudah Sembilan Rumah Sakit kunjungi. Rumah Sakit UI, Rumah Sakit Arafiq, Rumah Sakit Bunda Margonda, Rumah Sakit Hermina, Rumah Sakit Simpangan Depok, Rumah Sakit Sentral Medika, Rumah Sakit Kramat Jati PORI, Rumah Sakit RSUD pasar Minggu, dan Rumah Sakit pasar Rebo.
Di setiap Rumah Sakit yang ia kunjungi itu, ia langsung datang ke UGD dan melihat keadaan. Ternyata kondisinya semua full. Tidak ada kamar tersedia di semua RS tersebut.
Tentu saja, ia pun merasa sangat sedih. “Apakah aku harus dirawat di luar RS tanpa penanganan dokter dan tenaga medis?” lirihnya.
Semetnara, kondisi tubuhnya terasa mulai melemah. Di saat bersamaan, ia masih menyaksikan banyaknya pasien terpapar Covid-19 yang tak tertampung, saking fullnya Rumah Sakit. Dalam hati ia bergumam, “Kalau begini situasinya, lebih baik aku pulang saja. Aku tak kuat dan tak tega melihat kondisi orang-orang yang sakit parah dan antrian cukup Panjang,” ia membatin.
Akhirnya, ia dan suami pun pulang. Ia dibawa ke rumah mertua. Dan sampai di rumah sudah pukul 16:00 Wib. “Masya Allah… perjuangan mencari rumah sakit yang luar biasa,” ujarnya.
Saudara, adik suami, membelikanku Oksigen untuk sementara waktu. Alhamdulilah, ia masih bisa bernafas. “Nafasku saat itu sudah tersengal-sengal, karena sesak,” katanya.
Syukur alhamdulilah…ia masih tertolong dengan bantuan oksigen baru yang dibeli tersebut. Konon itu pun katanya tinggal satu di toko. Karena banyak yang beli. “Ya Allah… terima kasih. Engkau masih sayang padaku…”
Berjuang lagi cari Rumah Sakit
“Badanku mulai tidak enak. Pukul 7 pagi aku dan suami mulai star lagi cari rumah sakit. Agar tetap bisa dirawat inap. Sebelum ke rumah sakit, aku disarankan Cek Swab di Mitra Keluarga Margonda.”
Namun untuk mendapatkan tes swab pun tidak mudah, karena harus menunggu antrian. “Ya Allah… ternyata untuk dapat giliran, aku harus menunggu lama. Aku daftar jam 8 pagi dan baru dipangil jam 2 siang, saking banyaknya pasien yang mau swab.”
Selama menunggu, ia merasakan lelah, sampai tidur di musholla. Bahkan ia melihat ada orang tua yang mau diswab jatuh pingsan, saking tak kuat lama menunggu. Sehingga dibawa ke UGD. “Ya Allah… aku hanya berharap diberi kekuatan.”
Akhirnya tepat pukul 14:00 Wib, ia pun dipanggil untuk diambil tes yang ekspres untuk mendapatkan hasil tercepat. Sehingga bisa segera dibawa.
Alhamdulilah, bada magrib aku sudah mendapatkan kabar hasil swab. Seperti yang ia khawatirkan, ia pun dinyatakan positip Covid-19. Akhirnya, suaminya pun segera mengambil tindakan untuk segera mendapatkan perawatan inap di RS.
“Allah masih sayang aku. Aku langsung dibawa ke RSUD Pasar Minggu oleh suami. Namun lagi-lagi kondisi RS full. Tapi aku berupaya meyakinkan kepada petugas RS, bahwa aku kerja di Kementerian Pertanian.”
Atas rekomendasi salah seorang dokter kenalannya, ia pun bisa masuk RS meski dalam kondisi masih di UGD. “Seharian aku tak tersentuh petugas medis, karena memang keadaannya Full. Ada sekitar 30 orang di UGD ketika itu.”
Keesokan harinya, ia bisa dapat Oksigen untuk bernafas. Sore harinya baru baru bisa dapat Kamar. “Satu kamar ternyata berisi lima orng. Semua pasien COVID-19.”
Ia pun berada dalam satu kamar, Bersama lima pasien covid-19 lain, termasuk pasien berusia 60 tahun. Ia pun mulai dipasang Oksigen dan infusan. “Sehari aku disuntik sebanyak 6 kali suntikan. Suntikan vit C dan Antri virus. Karena yang diserang adalah paru-paru. Akhirnya tanganku bengkak. Sakit. Sakitnya tak tertahan, dari tangan kanan akhirnya pindah ke tangan kiri.”
“Kiranya, aku bisa lebih baik lagi. Sakit ini juga semoga menjadi penggugur atas dosa-dosaku,”ujarnya. “Setelah sehari aku di rumah sakit. Aku dikabarkan bahwa keluargaku semua POSITIF Covid-19. Hatiku rasanya teriris-iris silet. Namun aku berusaha tenang. Ya Allah… ternyata keluargaku kena juga Positif Covid-19.”
Ia hanya bisa menangis dan menangis. Sebab ia juga tak boleh dijenguk dan dijagain. Bener-benar mandiri.
Ia pun berdoa kepada Allah, “Ya Allah… jaga keluargaku. Ini semua cobaan dan ujian dari Mu ya Allah… yang harus kami terima. Alhamdulilah suami dan anak-anak ku mendapat pantauan RT dan puskesmas setempat.”
Selama isolasi dan perawatan 10 hari di RS. Banyak hikmah yang ia dapatkan. Alhamdulillah Allah masih sayang kami sekeluarga.
“Kini, aku tinggal menuggu hasil swab, rongten dan tes darah. Semoga bisa segera sehat dan pulang untuk kumpul bersama keluarga. Semua akan Indah pada waktunya.” “Mohon doanya sahabat dan rekan-rekan. Semoga kita bisa terus menjaga kesehatan lebih baik lagi. Sehat itu Mahal harganya. Saat ini rumah sakit Full COVID-19,” ujarnya seperti dituturkan di laman FB pada Minggu, (17/1/2021).