John Gray, penulis buku Men are from Mars, Women are from Venus, mengatakan, yang menghalangi kita dari hubungan yang sehat adalah kurangnya pengertian tentang apa yang dibutuhkan pasangan kita, yang mungkin berbeda dengan kebutuhan diri kita.
Sehatalami.co ~ Salah satu kunci untuk mencegah terjadinya kemelut dalam perkawinan dan menciptakan keluarga yang bahagia – happy family – adalah dengan mengakui dan menerima perbedaan antara pria dan wanita. Ketika kita mulai memahami bahwa cara kita memproses sesuatu – baik konflik maupun stress – berbeda, maka kita akan mulai menghargai hal sebenarnya yang dibutuhkan oleh pasangan.
Sebaliknya, ketidakmampuan menerima dan memahami perbedaan dengan cara yang positif, membuat kita cenderung berpikir sedang ada masalah ketika perbedaan itu muncul. John Gray, penulis buku Men are from Mars, Women are from Venus, mengatakan, yang menghalangi kita dari hubungan yang sehat adalah kurangnya pengertian tentang apa yang dibutuhkan pasangan kita, yang mungkin berbeda dengan kebutuhan diri kita.
Seringkali kita memberikan pada pasangan yang menurut kita terbaik, padahal mungkin tidak demikian menurutnya. Kita mengira bahwa kita sudah mencintai, tetapi bagi mereka tidaklah demikian.”
Nah, di sinilah sebenarnya pentingnya masa pengenalan sebelum menikah. Masa pacaran dapat digunakan untuk mengenali sifat-sifat pasangan. Pada masa ini juga harus mulai dijelaskan konsep keluarga seperti apa yang akan dibangun serta hubungan timbal-balik seperti apa yang akan diterapkan.
Masing-masing juga harus peka untuk melihat tanda-tanda yang mungkin menjadi sumber masalah, agar bisa segera dilakukan kompromi untuk mencari jalan keluarnya. Masa pengenalan ini juga membuat kita siap dengan segala konsekuensi saat akan melangkah lebih jauh. Para ahli mengingatkan, jangan pernah berpikir, suatu saat nanti pasangan kita akan berubah menjadi lebih baik. Ketika Anda berusaha mengubahnya, yang terjadi adalah konflik.
Yang juga dibutuhkan dalam hubungan cinta adalah rasa saling menghargai, saling mendukung, saling menghormati, saling membahagiakan, saling terbuka, saling jujur, dan sebagainya. Memang diperlukan waktu dan usaha keras dari kedua pihak untuk mewujudkan keadaan “saling” itu.
Keinginan mendapat hasil secara instant dan ketidaksabaran dalam menjalani proses untuk mewujudkan hubungan “saling” biasanya berakhir pada perceraian.
Karena itu, menurut para ahli, ada 2 hal yang harus dihindari karena dapat mengganggu prinsip “saling”, yaitu: sikap superior, sangat mendominasi, dan mandiri. Sikap-sikap ini berbahaya karena tidak memberi ruang kepada pasangan untuk kondisi “saling”, sehingga kondisi “saling” tidak tercipta.
Sikap menurut dan nrimo, juga tidak bisa memberikan kesempatan untuk kondisi “saling” karena salah satu pihak hanya menerima keadaan yang dipaksakan oleh pihak lain.
Perlu disadari bahwa ketidakcocokan pasti akan ada, siapa pun yang menjadi pasangan kita. Namun, masalah dan perbedaan bukanlah alasan untuk menyerah, tetapi justru sarana untuk lebih saling memahami dan mencintai.
Jika perbedaan sudah berhasil diterima, dan hubungan “saling” sudah tercipta, maka bahtera perkawinan pasti akan menjadi sumber rasa bahagia. Selanjutnya terserah dan terpulang kembali kepada Anda. (SA)