Data menyebutkan 43 % wanita pada usia di 19-59 tahun mengalami disfungsi seksual dalam berbagai tingkatan.
Sehatalami.co ~ “Itu data di Amerika Serikat. Di negeri kita tentu lebih banyak lagi, karena wanita di sini lebih tertutup dalam menyelesaikan persoalan gangguan seksual. Belum lagi wanita pedesaan yang menganggap seks sebagai hal yang tabu untuk dibahas,” demikian yang disampaikan ahli psikoterapi dr. Jusni Ichsan Solichin dalam seminar “Disfungsi Seksual Wanita & Solusinya” yang digelar P.T. Sunthi Sepuri, beberapa waktu lalu.
Angka yang dipamerkan pembicara lain dalam seminar sehari ini, dr. H. Bambang Sukamto kian membuat miris, yaitu sebanyak 55% wanita mengalami ketidaknyamanan seksual (survei di RSCM terhadap 560 orang responden). Delapan puluh lima persen (85%) hanya pasrah menerimanya, dan 15 % berusaha mencari jalan penyembuhannya.
Gangguan seksual pada wanita itu meliputi gangguan libido (rendahnya gairah seksual) yang merupakan gangguan paling banyak pada wanita (44%), lalu gangguan karena wanita tidak mencapai orgasme (31%), gangguan arouse (kurangnya respons seksual), serta nyeri saat bersenggama.
Seorang wanita bisa mengalami lebih dari satu jenis gangguan tersebut. Gangguan semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan adanya komplikasi penyakit lain. Dari ajang seminar ini bisa dibaca bahwa problem seksual pada wanita memang seolah fenomena gunung es. Masalah yang sebenarnya jauh lebih besar dari yang terlihat.
Bagaimana solusinya
Dengan kondisi budaya yang masih menabukan seluk-beluk seks pada golongan masyarakat tertentu, perlu dikembangkan jaringan komunikasi untuk memperluas edukasi masyarakat, menambah jumlah dan pelayanan klinik kesehatan wanita untuk penyembuhan gangguan yang bersifat organik, menyebarluaskan informasi penggunaan obat-obatan untuk mengoptimalkan sistem hormonal wanita, hingga membuka lebar-lebar pintu konsultasi pribadi untuk penyembuhan sebab yang bersifat trauma psikologis.
“Antisipasi yang paling saya anjurkan untuk memperkuat benteng pertahanan wanita, adalah penataan pola asuh anak sebelum anak mencapai umur 7 tahun. Karena masa inilah paling ampuh membangun pondasi mental untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan gangguan jiwa (misalnya psikosomatis, rasa minder, trauma ) yang semua itu akan memicu kemungkinan munculnya gangguan seksual pada usia lanjut nanti,” begitu solusi yang disampaikan dr. Jusni.
Bagaimana caranya Dok ?“Memang diperlukan persiapan matang fisik dan mental sejak kehamilan. Sangat dibutuhkan peran serta suami dalam mencukupi kebutuhan rasa aman istri saat hamil dan kemudian membesarkan bayi. Perlu kampanye mengoptimalkan peran ibu dalam masa golden period yaitu 3 bulan pertama saat mendampingi sang buah hati,” Penjelasan dr,Jusni I.Solichin ini tentu saja membutuhkan perjuangan yang panjang. Dan tidak bisa menunggu lagi, sekarang saatnya untuk memulai (SA)