Ahli kesehatan tidur, Dr Andreas Prasadja, RPSGT dari Klinik Gangguan Tidur (Sleep Disorder Clinic), menyatakan yang lebih penting diwaspadai sekarang ini bukan sekadar gejala insomnia, namun hipersomnia (serangan kantuk berlebihan), yang antara lain disebabkan oleh sleep apnea (yang ditandai dengan tidur mendengkur) atau henti napas saat tidur dan bisa berakibat fatal dan mematikan. Banyak penderita tidak menyadarinya.
Kurangnya informasi dan pandangan umum masyarakat di sini bahwa mendengkur hanya kebiasaan memalukan dari tidur, menyebabkan kasus henti napas ini tidak pernah secara tuntas dikonsultasikan kepada ahlinya. Apalagi disembuhkan.
Banyak kejadian serangan stroke di kamar mandi pada pagi hari, tidak bisa dianggap hal yang biasa. Ilmu kedokteran tidur menengarainya sebagai kemungkinan kualitas tidur yang sangat buruk pada malam sebelumnya. Penderita mengalami gangguan henti napas yang menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah yang drastis pada saat menjelang pagi.
Berapa lama kecukupan tidur ?
Orang dewasa sehat jika diberi kesempatan tidur dalam waktu yang tidak terbatas, akan tidur rata-rata antara 8-8.5 jam sepanjang malam. Namun kebutuhan tidur masing-masing orang akan berubah sepanjang tahun sesuai perjalanan umur.
Sedang, rata-rata, bayi yang baru lahir akan tidur 16-18 jam, anak-anak pada masa sekolah 10-12 jam sehari-semalam, sedangkan remaja sekitar 9 jam. Adanya perubahan hormonal pada remaja akan mengubah siklus menjadi tidur lebih malam.
Beban kerja otak juga bisa menjadi penentu kebutuhan tidur seseorang. Semakin berat beban kerja otak makin banyak diperlukan waktu tidur dibandingkan mereka yang hidupnya lebih santai.
.Hormon dan aktivitas tidur
Selain aktivitas gelombang otak, dalam fase tidur berlangsung aktivitas hormonal yang memungkinkan sistem tubuh bekerja secara sinergi dan menjadikan tidur sangat bermanfaat bagi penyembuhan dan peremajaan diri.(SA)