Contoh dan teladan langsung
Selanjutnya pengenalan ritual agama pada anak seyogyanya juga bisa disampaikann secara bertahab. Misalnya dengan mulai mengenalkan ritual yang biasa dijalankan oleh kedua orangtua, lalu diajak membiasakan untuk ikut menirukan bacaan doa dan ritual sehari-hari. Baru kemudian diajak untuk mulai belajar mengamalkan meski si anak belum bisa memahami. Pada tahap ini biarkan saja anak ikut mengerjakan ritual agama yang dijalankan orangtua meski gerakan atau praktik dan bacaannya belum sempurna.
Seiring pemberian contoh, baik melalui ucapan, tingkah laku, maupun ritual yang tertib dari orang tua, secara bertahap anak mulai bisa diajak memahami ajaran agama dengan benar. Pada tahap ini, orangtua mulai bisa menanamkan pengertian tentang konsep hak milik, kasih sayang terhadap sesama, sopan santun, menghormati orang yang lebih tua, tolong–menolong dalam kebaikan, bergaul dengan teman yang baik, menghargai pluralitas, dan lain-lain.
“Hasil pengamatan para ahli menyimpulkan bahwa suatu penyampaian yang baik dan bujukan halus melalui contoh langsung ataupun cerita-cerita dalam mengajarkan moral kepada anak jauh lebih bisa diterima oleh si anak.”
Hasil pengamatan para ahli menyimpulkan bahwa suatu penyampaian yang baik dan bujukan halus melalui contoh langsung ataupun cerita-cerita dalam mengajarkan moral kepada anak jauh lebih bisa diterima oleh si anak, sehingga anak tidak akan mudah terpengaruh oleh tindakan dari luar yang menyakitkan atau di luar nalar ajaran moralitas yang diterimanya. Si anak juga akan merasa lebih senang, nyaman. Selain itu, pemberian penghargaan terhadap tingkah laku yang diharapkan dari anak, juga diperlukan agar anak semakin tertarik untuk mengembangkan nilai moral yang diajarkan.
Sebaliknya, teguran dan pemberian sanksi dalam pembelajaran nilai moral ini juga diperlukan. “Dari sini anak kita ajarkan tentang pentingnya menaati sebuah aturan,” ujar Rini Hildayani. Akan tetapi jika hukuman dan teguran yang diberikan berlebihan, niscaya justru dapat menimbulkan kesan yang tidak menyenangkan. Anak bisa menjadi stres, penakut, dan bahkan bisa menyimpan rasa dendam, sehingga tidak bisa menerapkan pengertian moral baik yang diajarkan dengan tepat, karena dikaburkan oleh pengertian tentang nilai moral itu sendiri, lantaran disampaikan dengan cara-cara yang kurang menyenangkan. (SA)