4. Fingerprint Test
Fingerprint test didasarkan pada ilmu dermatoglyphic, yaitu ilmu yang mempelajari guratan-guratan di kulit. Sudah banyak penelitian ilmiah tentang sidik jari antara lain dilakukan oleh Gouard Bidloo (1685), Marcello Malpighi (1686), J.C.A. mayer (1788), John E. Purkinje (1823), Sir Francis Galton (1892), Harris Hawthorne Wilder (1897), dan Kristine Bonnevie (1923).
Pembentukan sidik jari sudah dimulai saat janin berusia 13 minggu, bersamaan dengan pembentukan otak, dan sempurna pada minggu ke-21. Sidik jari manusia ditentukan oleh DNA, yang berhubungan erat dengan perkembangan sistem saraf. Sidik jari tidak akan pernah berubah.
Sebenarnya, tes ini sudah bisa dilakukan sejak anak lahir karena sidik jari sudah terbentuk sejak janin masih dalam kandungan. Namun, untuk kemudahan pengambilan data, maka sebaiknya dilakukan saat anak sudah berusia di atas 2 tahun.
Pada proses pengambilan sidik jari, awalnya telapak tangan difoto dengan kamera yang terhubung dengan komputer, lalu kesepuluh jari di-scan, masing-masing sisi kiri, tengah, dan kanan. Untuk pengambilan data ini dibutuhkan waktu sekitar 10-20 menit. Setelah data diambil, seorang analis akan memprosesnya sekitar 5-10 hari.
Tim psikolog akan memaparkan hasilnya kepada orangtua si anak (jika anak di bawah usia SMP) atau kepada anak itu sendiri (jika sudah lebih dari usia SMA). ”Untuk anak usia tertentu kami menyarankan hanya orangtua yang datang saat feedback consultation. Hal ini karena kurangnya pemahaman anak, sehingga dikhawatirkan justru membuatnya kehilangan motivasi untuk maju.”
Selain tiga bentuk guratan utama, yaitu: lengkung, busur, atau melingkar, jumlah guratan yang juga menentukan hasil tes ini adalah berupa urutan 8 area kecerdasan sesuai teori Multiple Intelligences dari Dr Howard Gardner, yaitu visual-spatial, interpersonal, bodily-kinesthetic, naturalist, verbal-linguistic, logical mathematical, musical–rhythmic, dan intrapersonal. Setelah diketahui kekuatan kecerdasan anak, lalu akan diberikan saran pendidikan dan bidang pekerjaan yang tepat.
Karena tidak dipengaruhi oleh kondisi emosional, dan tidak dibutuhkan pengetahuan otak, para ahli meyakini, keakuratan tes ini sebesar 90%. Dan, karena bentuk sidik jari tidak akan berubah sampai kapan pun, maka hasil tesnya berlaku seumur hidup, karena bakat alami pun sifatnya menetap.
Yang mungkin berubah adalah performance seseorang akibat pengaruh lingkungan, pendidikan, dan juga pola pengasuhan orangtua. Anak yang tidak berbakat musik mungkin lebih jago main piano kalau sejak kecil ikut les piano, sementara anak yang bakat musiknya tinggi justru tidak terampil main piano karena tidak pernah dilatih secara khusus. Karena itu, sayang sekali kalau potensi anak tidak dikembangkan karena orangtua terlambat mengetahuinya. (bersambung).