Rutinitas yang membelenggu sering membuat kita tidak memiliki waktu untuk menyatu dan bersahabat dengan alam. Menyadari dan merasakan hadirnya di tengah lingkungan. Kita hampir tidak memiliki waktu untuk berpikir tentang alam dan lingkungan.
Sesekali berinteraksi dengan objek alam tertentu, segera terlihat kerumunan orang berebut foto yang sama, sehingga membuat sulit untuk mencapai koneksi penuh perhatian terhadap alam terbuka.
Terlalu banyak dari kita, dalam hitungan detik setelah tiba di tempat pengamatan, mengambil beberapa foto, melompat kembali ke mobil, dan melaju ke tempat pengamatan berikutnya. Bagi para pecinta lingkungan, perilaku ini tidak cukup untuk menjalin koneksi secara penuh – dan utuh terhadap alam. Juga tidak cukup untuk melahirkan kepedulian dan kesadaran pada pentingnya menjaga alam dan lingkungan.
Apa yang penting untuk kita refleksikan?
Bagaimana pun kita tidak bisa terlepas dari alam. Hampir seluruh yang kita nikmati berasal dan diambil dari alam. Fakta ini sudah menjunjukkan betapa tergantungnya manusia dengan alam. Namun, sering kita lupa dan abai untuk memberikan kembali – dalam bentuk kepedulian – terhadap alam dan lingkungan, bahkan saat kita sedang bertamasya atau berinterakasi langsung dengan alam. Kita baru adar dan tersadar, justeru ketika alam bereaksi dan menimbulkan bencana yang mengancam jiwa.