Sehatalami.co ~ Banyak negara kini berjibaku menghadapi gelombang ketiga covid-19. Hal ini disebabkan antara lain oleh munculnya varian baru Omicron yang diberitakan memiliki ciri lebih cepat menular di banding varian sebelumnya. Tidak terkecuali, Indonesia pun diprediksi oleh para epidemiolog berada dalam bayang-bayang munculnya gelombang ketiga covid-19. Apalagi dengan menculnya varian baru Omicron di tengah masyarakat.
Hal tersebut juga dikhawatirkan oleh Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono. Seoerti dikutip dari laman Kompas.com (11/1), Miko mengatakan, Jakarta berpotensi menghadapi gelombang ketiga Covid-19, apalagi dengan kasus penularan virus corona varian Omicron di tengah masyarakat.
Lebih lanjut Miko menyampaikan bahwa dengan melihat lonjakan kasus yang terjadi saat ini, bukan tidak mungkin gelombang ketiga Covid-19 akan terjadi di awal tahun 2022. Hal ini dipicu dengan adanya Omicron. “Tanpa Omicron pun ada (potensi gelombang ketiga), apalagi dengan Omicron,” tutur Miko, Senin (10/1/2022).
Seperti apa gelombang ketiga Covid-19 nantinya di Jakarta Menurut prediksi Miko, kemungkinan akan terdapat 5.000 kasus harian di Indonesia saat gelombang ketiga Covid-19 terjadi. Dari angka tersebut, DKI Jakarta bisa menyumbang sepertiga, atau sekitar 1.500-2.000 kasus per hari.
Agar tidak menjadi kenyataan
Apa yang harus dilakukan agar prediksi ini tidak terjadi, khususnya di DKI Jakarta? Pemerintah pusat, khususnya Pemerintah Provinsi (Pemprov)n DKI Jakarta, harus mengambil langkah tegas menekan penularan virus Corona. Misalnya kembali memperketat protokol kesehatan dan kembali membatasi pembelajaran tatap muka (PTM) tidak lagi 100 persen dalam waktu saat ini. Pengetatan kembali harus dilakukan.
“Depok saja minta (PTM) ditunda, kemudian Bogor juga minta ditunda karena statusnya turun ke PPKM Level 2, jadi menurut saya Jakarta harusnya mikir,” tutur Miko.
Penularan Omicron meluas, kasus aktif bertambah
Diberitakan sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan penularan Omicron di Jakarta kembali mengalami peningkatan, dari sebelumnya di angka 407 kini menjadi 414.
“Jadi ada 414 kasus Omicron,” ujarnya saat ditemui di Balai Kota, Senin. Kasus aktif Covid-19 di Jakarta sendiri per 10 Januari 2022 sudah mencapai 2.129, meningkat cukup tinggi dari angka 1.874 di hari sebelumnya. Angka kumulatif kasus Covid-19 di Jakarta kini sebesar 867.662 kasus, dengan rincian 851.944 pasien sembuh, 2.129 pasien dirawat, dan 13.589 meninggal dunia.
Meningkatnya kasus aktif Covid-19 di Jakarta tidak terlepas dari penularan varian Omicron yang semakin masif. Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, sulit untuk mendeteksi orang yang terpapar Omicron karena gejala yang ditimbulkan cukup ringan.
Oleh karenanya, orang yang terpapar varian Omicron seringkali tidak menyadari bahwa dirinya positif dan berpotensi menularkan ke orang lain. “Kalau Omicron kan gejala mayoritas ringan, enggak menyadari. Itu susahnya Omicron,” tutur Dwi.
Untuk mengantisipasi terjadinya gelombang ketiga, Wakil Gubernur DKI Jakarta mengatakan, Pemprov DKI selalu berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam menyikapi perkembangan kasus.
“Kami semua kepala daerah termasuk Jakarta selalu berkoordinasi menyikapi perkembangan sehari-hari Omicron, virus, vaksin dan perhatian dari Presiden luar biasa,” kata Riza Riza menuturkan, Pemprov DKI telah belajar dari lonjakan kasus Covid-19 pada Juli 2021, di mana gelombang kedua terjadi.
“Belajar dari kejadian luar biasa bulan Juni-Juli tahun lalu, semua tenaga kesehatan standby, all out, fasilitas (juga disiapkan),” ucap Riza. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan pemberian dosis penguat atau vaksin booster untuk masyarakat.
“Fasilitas kesehatan (tempat vaksinasi) kita ada 326 rumah sakit dan puskesmas yang ada di Jakarta, kemampuan vaksinatornya (bisa menyuntik vaksin) 10.000 per hari,” tutur Riza. (SA)