Tidak cukup edukasi saja, tapi pemerintah harus memberi sanksi tegas. “Betul-betul harus dikontrol pemerintah melalui law inforcement secara tegas dan tanpa pandang bulu, baik itu individu maupun institusi,” kata Windhu.
Sehatalami.co ~ Kapan pandemi Covid-19 akan bisa dikendalikan? Pertanyaan ini bisa jadi menjadi harapan setiap orang. Namun demikian, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memiliki pandangan sendiri. Satgas Penanganan Covid-91 menargetkan Indonesia bisa mengendalikan pandemi Covid-19 pada 17 Agustus 2021. Itu merupakan Hari kemerdekaan RI.
Adalah Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo, yang menyampaikannya dalam Rapat Koordinasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 secara virtual di kanal Youtube Pusdalops BNPB, Senin (15/2/2021).
“Target kita adalah pada 17 Agustus yang akan datang kita harus betul-betul terbebas dari Covid. Artinya Covid betul-betul pada posisi yang dapat dikendalikan,” kata Doni. Menurut Doni, kondisi tersebut dapat dicapai dengan kebijakan pemerintah yang tepat dan kepatuhan masyarakat.
Bisakah terealisasi?
Bisa hal tersebut terealisasi. Indonesia bisa sepenuhnya mengendalikan pandemi Covid-19. Tapi ada syaratnya. Dilansir oleh Kompas.com (16/2/2021), epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengungkapkan bahwa target yang diungkapkan Doni tidak realistis. Terutama jika masih menggunakan strategi penanganan pandemi seperti sekarang ini. “Kalau yang dikerjakan kebijakan dan strateginya masih seperti sekarang, tidak realistis. Tetapi kalau kita mau mengubah strategi, bisa,” ujarnya seperti disampaikan kepada Kompas.com.
Syarat pertama, menurutnya Kementerian Kesehatan perlu dimasukkan dalam tim Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN). Menurut Windhu, selama ini KPC-PEN dipimpin dari bidang perekonomian dengan fokus menggarap ekonomi dan bukan kesehatan.
Perlu menerapkan strategi trisula.
Windhu menyebut syarat lain adalah menerapkan strategi trisula atau tiga strategi utama. Yaitu pertama menguatkan tracing dan testing, mendisiplikan protokol kesehatan di masyarakat, dan mempercepat vaksinasi Covid-19. Pemerintah menurutnya perlu mendeteksi kasus Covid-19 sebanyak mungkin. Hal itu agar kasus yang terlihat merupakan jumlah yang sesungguhnya, tidak seperti saat ini yang seperti “gunung es” (masih sebagian).
“Mendeteksi kasus sebanyak mungkin bisa dilakukan dengan testing massif. Contact tracing juga harus bagus,” kata Windhu. Tracing masih lemah Dia menyoroti lemahnya testing Covid-19 di Indonesia. Bahkan menurutnya pada Minggu (15/2/2021) adalah yang terburuk selama 90 hari terakhir, yakni hanya 19.000-an tes. Padahal target minimal testing harian dari WHO sekitar 40.000 tes per hari.
“Testing harus mencapai 15-20 persen jumlah penduduk. Jika sekarang baru 2,5 persen, harus ditingkatkan 6 kali lipat,” tuturnya. Termasuk terkait tracing, menurut dia juga perlu ditingkatkan. Perbandingannya 1:30 atau setiap satu orang yang teridentifikasi positif Covid-19 perlu dilakukan tracing kepada 30 orang.
Terapkan disiplin ketat protokol kesehatan
Selain itu, menurut Windhu, pemerintah juga perlu menerapkan sanksi tegas pada pelanggar protokol kesehatan. Tidak cukup edukasi saja, tapi pemerintah harus memberi sanksi tegas. “Betul-betul harus dikontrol pemerintah melalui law inforcement secara tegas dan tanpa pandang bulu, baik itu individu maupun institusi,” kata Windhu.
Dia mencontohkan kasus keramaian di kolam renang beberapa waktu lalu yang hanya membuahkan sanksi 3 hari penutupan. Hal itu menurut dia tidak cukup. Semestinya diberi sanksi tegas misalnya ditutup hingga pandemi berakhir. Selain itu dia juga menyoroti hari libur dalam rangka Imlek baru-baru ini, yaitu saat hanya ASN yang tidak boleh melakukan perjalanan. Padahal jumlah ASN hanya sekitar 1,5 presen dari penduduk Indonesia. Semestinya menurut dia, seluruh masyarakat dilarang melakukan perjalanan.
Trisula ketiga adalah mempercepat vaksinasi
Sebagai penguat strategi trisula pertama dan kedua, selanjutnya menurut Windhu, pemerintah juga perlu memperluas jangkauan vaksin. Windhu menuturkan, pemberian vaksinasi pada 180 juta orang dengan masing-masing dua dosis, itu berarti per bulan harus memvaksinasi sekitar 30 juta orang. Padahal saat ini per hari baru sekitar 100.000 orang.
Apabila ingin selesai dalam 2 tahun menurut dia perlu 500.000 orang divaksin per hari. Jika per hari memvaksin 250.000 orang, maka akan selesai dalam 4 tahun. Bahkan jika hanya 100.000 seperti sekarang, maka akan selesai dalam 10 tahun.
Meski begitu, dia mengatakan poin ketiga ini tergantung juga pada ketersediaan vaksin. Terlebih vaksin Covid-19 saat ini berasal dari produsen luar negeri, sehingga kepastian ketersediaannya sangat bergantung pada mereka. Namun menurut Windhu, jika poin 1 dan 2 saran trisula tersebut bisa dijalankan dengan baik, maka tidak menutup kemungkina pandemi bisa cepat terkendali. (SA)
Sumber: Kompas.com