Arief menegaskan, pekerjaan para petugas KPPS memang sangat berat. Dia mengatakan, ke depan KPU akan mengevaluasi agar pelaksanaan Pemilu lebih baik.
“Kalau dibikin kerjanya seperti kerja normal kantoran masuk jam 08.00 pagi pulang jam 04.00 sore, bisa nggak selesai pemilunya. Memang kerja penyelenggara Pemilu itu kerjanya overtime, makanya ketika kami memilih itu, memang nyari orang-orang yang sehat fisiknya, sehat mentalnya. Karena sehat fisiknya saja juga berisiko kalau orang ditekan kanan kiri gampang down, nggak bisa,” jelasnya.
Diketahui, di sejumlah daerah ada petugas KPPS yang meninggal saat melaksanakan tugas memastikan kelancaran pesta demokrasi ini. Di Jawa Barat sendiri, dilaporkan ada 12 orang yang meninggal. Sementara, sejauh ini ada 10 orang personel Polri yang meninggal saat mengawal proses Pemilu Serentak 2019.
Faktor kelelahan dan kafein
Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam, banyaknya petugas KPPS meninggal tak bisa dilepaskan dari faktor kelelahan. Petugas dipaksa bekerja terus menerus untuk memenuhi tenggat waktu pengumpulan hasil suara di tiap wilayah, meski tubuh sudah terlalu lelah.
“Beban petugas KPPS luar biasa dengan masa kerja lebih dari 8 jam sehari. Supaya bisa bekerja optimal, petugas KPPS akhirnya pakai doping misal minuman berenergi yang biasanya mengandung kafein. Kandungan inilah yang akhirnya mempengaruhi kerja jantung,” kata Prof Ari sebagai mana dikutip dari dikutip dari detik.com pada Sabtu (20/4/2019).
Menurut Prof Ari, kafein menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini berisiko buruk bagi petugas KPPS yang sebelumnya sudah punya penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah atau hipertensi. Penyakit tersebut bisa sewaktu-waktu mengancam nyawa petugas KPPS yang sedang bekerja.
Risiko kesehatan juga datang dari pola makan dan minum yang berantakan akibat mengejar tenggat waktu. Makan seadanya dan kurang minum bisa mengakibatkan gangguan pencernaan pada petugas KPPS, terutama bagi yang sebelumnya telah mengalami penyakit tertentu.
Dengan risiko ini Prof Ari mengingatkan petugas KPPS supaya lekas istirahat bila merasa lelah dan makan teratur. Prof Ari juga menyarankan evaluasi sistem Pemilu dan perhitungan suara untuk hasil yang lebih baik.(SA)