Klinik-klinik puasa di Eropa sudah membuktikan bahwa manusia bisa bertahan sampai 40 hari hanya dengan air putih saja. Jika umat Islam masih diberi kelonggaran untuk melakukan sahur dan buka puasa, tentunya tidak perlu ada keraguan lagi untuk menjalankan puasa.
Tokoh spiritual dan filosof kenamaan masa lalu – termasuk Plato, Socrates, Aristotle, Galen, Paracelsus, Hippocrates, dan Phytagoras – menjalankan puasa 40 hari. Menurut Plato, puasa adalah obat terbaik untuk mengobati penyakit fisik dan mental.
Phytagoras bahkan menuntut murid-muridnya untuk berpuasa dahulu selama 40 hari, sebelum dapat menerima pelajaran darinya. Menurutnya, hanya melalui 40 hari puasa, pikiran seseorang akan menjadi cukup jernih untuk memahami ilmu misteri kehidupan.
Dr Elson M. Haas, praktisi medis dan direktur Medical Centre of Marin di San Rafael, California, Amerika Serikat, sejak 1984 juga bersaksi, bahwa banyak peralihan dalam hidupnya distimulasi melalui puasa. “Ketika pikiran saya merasa buntu atau butuh penyegaran dalam tulisan saya, puasa sangat berguna,” kata Haas.
Bahwa puasa merupakan nutrisi bagi pikiran dan jiwa juga dibuktikan oleh Gabriel Cousens, melalui pengalaman pribadi dan orang-orang yang berpuasa bersamanya dalam suatu program retret (retreat). Dalam empat hari puasa, para peserta merasakan konsentrasi mereka membaik, pikiran kreatif berkembang, depresi terangkat, insomnia hilang, kecemasan memudar, pikiran menjadi lebih hening.
Cousens kemudian berhipotesa, membaiknya fungsi pikiran disebabkan sel-sel otak yang sudah bersih dari racun. Cousens juga mengamati,mat yang tingginya lebih dari 2ta meningkatkan kualitas spiritualitas kita. orang-orang yang tadinya sulit berkonsentrasi untuk meditasi atau berdoa selama setengah jam, kini mampu berkonsentrasi selama 2 jam penuh tanpa kesulitan, setelah berpuasa. Lebih dari 90% peserta mengalami pencerahan. (SA)