Ada ‘orang sulit’ yang tampak menyenangkan, tapi yang tingkahlakunya mempunyai tujuan serupa dengan orang tipe agresif, yaitu mengintimidasi. Lalu bagaimana jika kita berhubungan dengan “orang sulit’ yang tidak tahu bahwa kita menderita karenanya, apa yang harus dilakukan?
Sehatalami.co ~ ADa teman atau orang dekat yang gaya hidup dan kebiasaan berbeda secara total dengan kita. Kebiasaan dan sikapnya yang cuek. Kadang memang menyulitkan, jika kita tidak bisa secara langsung menyampaikan apa masalahnya. Namun kadang kita sudah menyampaikan masalahnya, tetapi “orang sulit” tersebut tidak peduli dengan kita. Tak jarang kita ingin segera menjauhinya. Melakukan detoks emosi dan mencoba mencari suasana baru.
Lalu bagaimana jika kita harus terlibat proyek bersama dengannya? Dalam banyak kesempatan dia sering memojokkan kita, “Kamu akan menyesal jika tidak menyetujuinya”. Itulah pesan yang disampaikan oleh orang yang dikategorikan sebagai ‘orang yang sulit’. Dikatakan sebagai ‘orang sulit’ karena reaksinya memang sulit diduga.
Orang tipe sulit bisa tiba-tiba marah atau merendahkan Anda. Di lain waktu ia akan menganggap Anda tidak ada. Cara-cara itu tak lain bertujuan untuk mengoyak-ngoyak perasaan Anda sehingga mau tak mau Anda menuruti kemauannya.
Artinya, ia tidak bertanggungjawab terhadap tujuannya tapi memaksa orang lain melakukan apa yang diinginkannya. Kelakuannya yang sulit diduga itu memang merupakan cara mereka mengintimidasi atau memanipulasi Anda.
Tentu saja tidak semua ‘orang sulit’ penuh permusuhan atau agresif. Ada ‘orang sulit’ yang tampak menyenangkan, tapi yang tingkahlakunya mempunyai tujuan serupa dengan orang tipe agresif, yaitu mengintimidasi. Hanya saja tipe agresif melakukannya dengan kemarahan yang meledak-ledak, sedangkan tipe non agresif akan membujuk dan merayu.
Berhubungan dengan ‘orang yang sulit’ menjadi lebih kompleks jika dia adalah orang dekat misalnya pasangan Anda. Ego Anda ingin membela diri tapi malas berargumen. Tapi lama kelamaan secara naluriah Anda akan bereaksi, muncullah reaksi fight and flight. Anda sudah tidak tahan menghadapi tingkah lakunya, tetapi Anda pun tak tahan untuk adu argumen.
Marah adalah reaksi yang normal saat seseorang merasa frustrasi atau diserang. Marah bisa membuat Anda kuat dan menunjukkan bahwa Anda bukan budak. Sayangnya marah butuh energi besar. Sebelum Anda terlanjur marah, cobalah mempertanyakan kemampuan Anda membela diri.
Fokuskan pada perasaan bahwa Anda menolak perlakuan-perlakuan yang mengintimidasi. Ingat tujuan panjang Anda yaitu: hemat waktu dan energi. Berikut ini kiat-kiat berhubungan/bergaul, jika teman, atasan, atau bahkan pasangan Anda tipe ‘orang sulit’:
- Jika Anda diserang secara irasional, tanyakan apa yang membuatnya marah. Ini menunjukkan Anda mau berkomunikasi bukan bertengkar.
- Jika Anda dilecehkan sebagai orang yang tidak ada harapan lagi, tanyakan kembali alasannya. Jika Anda memang memiliki kesalahan, akui saja, tapi yakinkan diri Anda bahwa yang dikatakannya tidak benar karena Anda masih punya harapan.
- Beri feedback misalnya dengan mengatakan, ”Saya mengerti Anda/engkau marah.” Ini menunjukkan kemauan Anda untuk bersedia mengerti frustrasi orang itu tanpa menyalahkannya atau bersikap membela diri.
- Tidak usah dipedulikan. Biarkan ia marah, tapi jangan sampai mempengaruhi Anda. Terutama jika ‘orang sulit’ ini adalah orangtua Anda. Tetaplah berbuat baik padanya seolah-olah mereka berbuat baik pada Anda.
- Jika ia tidak memiliki hubungan emosi yang kuat dengan Anda tapi ia terus menerus melakukan hal yang tidak menyenangkan, segera lakukan detoks. Anggap dia sebagai racun dan keluarkan dia dari kehidupan Anda dengan cara tidak lagi menemuinya/bergaul dengannya.
- Jika ‘orang sulit’ tersebut pasangan Anda – yang mau tak mau pasti mempengaruhi Anda – cobalah mencari pertolongan. Upayakan untuk meminta tolong pada orang yang disegani pasangan Anda, misalnya orangtua, guru agama, psikolog, atau LSM yang bergerak di bidang perlindungan korban penganiayaan dalam rumahtangga. (SA)