Namun, pancaindera tidak selalu dapat diandalkan. Selain karena sensitivitas setiap orang berbeda, kadangkala air yang tercemar pun tetap bening, tidak berbau, dan tanpa rasa. Karena itulah, pembersihan air sebelum dikonsumsi, seperti memasukkan bahan pembunuh bakteri seperti kaporit – jika perlu – atau mengendapkan air sebelum digunakan, dan memasak air sampai mendidih sebelum diminum sangat perlu dilakukan.
Sayangnya, menurut Arie, mengendapkan atau memasak air hanya efektif untuk polutan yang molekulnya tidak menyatu dengan molekul air (suspended solid). Jenis polutan ini terlihat sebagai materi-materi halus ketika air dikocok, atau endapan saat air didiamkan.
Sementara pemanasan hanya efektif untuk bakteri atau kuman yang akan mati akibat pemanasan tinggi. Untuk polutan yang sifatnya terlarut atau menyatu dengan molekul air, dibutuhkan teknologi penyaringan air yang lebih canggih.
Untuk mengatasi masalah air tanah yang tercemar inilah penggunaan alat purifikasi (pemurnian) air sangat penting untuk menghasilkan air yang bebas dari zat berbahaya. Menurut Yohanes S. Broto, ST, product manager Waterman – water purifier soperstor, ada beberapa macam teknik purifikasi air, disesuaikan dengan jenis kontaminan yang terkandung di dalam air. Berikut ini beberapa teknik purifikasi.
1.Reverse Osmosis (RO)
Teknik ini menggunakan saringan berupa membran berukuran 0,0001 mikron. ” Logam berat, bahan kimia organik seperti sisa pestisida, bahkan bakteri dan virus yang ukuran molekulnya lebih besar dari 0,0001 mikron akan tersaring oleh membran ini,” kata Yohanes.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sebuah komisi di University of Quebec yang dipublikasikan dalam Water Science and Technology volume 2 tahun 1993 menunjukkan bahwa kelompok orang yang memurnikan air kran di rumahnya dengan sistem reverse osmosis 30% lebih sedikit yang mengalami masalah perut dan usus, dibandingkan dengan orang yang langsung menggunakan air krannya tanpa proses filtrasi. (bersambung).