Asal-usul kata ‘Harau’ berasal kata “Orau”
Dari keterangan para penduduk, asal-usul kata ‘Harau’ berasal kata “Orau”.Konon dahulu daerah ini sering mengalami longsor dan banjir, penduduk setempat yang panik sering berteriak histeris dengan paraunya hingga terdengar Harau.Asal-usul lain, berasal dari cerita legenda masyarakat setempat,Puti Sari Banilai atau Randai Sari Banilaiyang mengisahkan tentang seorang putri yang berubah menjadi batu bersama perlengkapan rumah tangganya, saat iaterjun ke laut untuk mengambil mainan anaknya. Cerita legenda ini dikaitkan dengan tanda Echo pada sebuah batu yang mirip seorang ibu lengkap dengan perlengkapan rumahnya, seperti tikar dan lumbung padi di dekatnya.
Menurut prasasti di Sarasah (Air Terjun) Bunta, wisata Harau ini dibuka pada tanggal 14 Agustus 1926 oleh asisten Residen J.H.G Boissevain, yang sebelumnya terkagum-kagum melihat keindahan lembah “Orau” dengan berucap,“Hemel…Hemel.. Arau – Indah seperti dalam Surga Orau. Versi lain menyebut inilah awal mula munculnya kata “Harau”.
Status Lembah Harau dengan luasan area 27, 5 Ha, ini kemudian berubah menjadi Taman Wisata tahun 1979, melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia, No :45787/KPTS/UM/8/1979, tertanggal 2 Agustus 1979.
Keistimewaan lain Lembah Haru iniadalah adanya aneka satwa langka yang mendiami wilayah ini dan dilindungi oleh undang-undang. Tercatat ada beberapa binatang seperti Harimau, Beruang, Tapir, Monyet Ekor Panjang dan 19 Jenis burung langka yang dilindungi.Ada juga beberapa jenis flora seperti Anggrek Hutan, Pakis Monyet dan Kantung Semar.
Ada dua dari tiga kawasan di Lembah Harau yang sudah didesain menjadi area wisata dan terbuka untuk para pengunjung, yaitu Kawasan Aka Berayun, Sarasah Bunta,Di kawasan Aka Berayun dan Sarasah Bunta ini, sudah dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang bagi tujuan wisataseperti lapangan parkir, toilet, mushola, tempat makan dan kios-kios penjaja souvenir.
Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah sering dikunjungi orang sejak 1926. Sementarakawasan Rimbo Piobang, relatif belum dikembangkan karenadirencanakan sebagai Taman Safari. (bersambung)