Sehatalami.co ~ Indonesia kaya akan rempah-rempah. Sebagian besar dimanfaatkan sebagai bumbu dapur. Namun banyak juga yang dimanfaatkan sebagai obat, karena dikenal secara empiris memiliki manfaat untuk kesehatan. Salah satunya adalah pala. Pala ini termasuk rempah-rempah yang populer di kalangan ibu rumah tangga.
Pala berasal dari biji Myristica fragrans, yakni pohon tropis asli Indonesia. Biasanya, pala ditemukan dalam bentuk biji utuh, tetapi paling sering dijual sebagai bumbu giling. Dikutip dari Healthline, pala memiliki rasa hangat, sedikit pedas, dan sering digunakan dalam makanan penutup dan kari. Pala juga sering dimanfaatkan untuk menambah cirarasa pada hidangan khas bulan puasa, kolak.
Istimewanya, pala selain sering disajikan dalam minuman, seperti anggur dan teh chai, juga sering dimanfaatkan untuk kesehatan. Hal ini karena kandungan senyawa aktif yang dimilikinya, seperti antioksidan yang kuat dan antiinflamasi, yang sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah gangguan kesehatan.
Beberapa kandungan senyawa aktif pala dan manfaatnya untuk kesehatan di bawah ini wajib diketahui:
1. Mengandung antioksidan kuat
Penelitian berjudul “Chemical diversity and pharmacological significance of the secondary metabolites of nutmeg (Myristica fragrans Houtt.)” menunjukkan, biji pala kaya akan senyawa tumbuhan yang berperan sebagai antioksidan. Antioksidan berguna untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Saat radikal bebas dalam tubuh tinggi, stres oksidatif terjadi.
Kondisi ini bisa memicu banyak penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung. Di dalam tubuh, antioksidan berfungsi menetralkan radikal bebas, mencegah kerusakan sel, dan menjaga kadar radikal bebas tetap terkendali.
2. Memiliki sifat anti-inflamasi
Pala kaya mengandung senyawa anti-inflamasi seperti monoterpen, termasuk sabinene, terpineol, dan pinene. Senyawa-senyawa tersebut dapat membantu mengurangi peradangan di tubuh dan mampu mengatasi peradangan. Sebuah studi berjudul “Nutmeg oil alleviates chronic inflammatory pain through inhibition of COX-2 expression and substance P release in vivo” menunjukkan, tikus yang mengalami peradangan kondisinya membaik setelah disuntikkan minyak dari ekstrak pala. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki efek anti-inflamasi pada manusia.
3. Dapat meningkatkan performa seks
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa pala dapat meningkatkan gairah dan performa seks. Penelitian berjudul “An experimental study of sexual function improving effect of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg)”, tikus jantan yang diberi ekstrak pala dosis tinggi (227 mg per pon atau 500 mg per kg berat badan) mengalami peningkatan yang signifikan dalam aktivitas seksual dan performa seksual.
Terkait dengan penelitian ini, para peneliti masih belum yakin persis bagaimana rempah-rempah meningkatkan libido. Diyakini efek ini karena kemampuannya untuk merangsang sistem saraf. Dalam pengobatan tradisional, seperti sistem pengobatan di Asia Selatan, pala digunakan untuk mengobati gangguan seksual. Namun, penelitian tentang efeknya pada kesehatan seksual pada manusia masih kurang.
4. Memiliki sifat antibakteri
Pala telah terbukti memiliki efek antibakteri terhadap strain bakteri yang berpotensi berbahaya. Bakteri, seperti Streptococcus mutans dan Aggregatibacter actinomycetemcomitans, dapat menyebabkan gigi berlubang dan penyakit gusi. Sebuah penelitian tabung reaksi berjudul “Antibacterial Activity of Myristica fragrans against Oral Pathogens” menemukan bahwa ekstrak pala menunjukkan efek antibakteri yang kuat terhadap bakteri ini dan bakteri lainnya, termasuk Porphyromonas gingivalis.
Bakteri ini diketahui menyebabkan gigi berlubang dan radang gusi. Pala juga diketahui mampu menghambat pertumbuhan strain bakteri E. coli berbahaya, seperti O157, yang dapat menyebabkan penyakit parah pada manusia. Meski jelas diketahui pala memiliki sifat antibakteri, para ilmuan perlu lebih banyak melakukan penelitian uji efikasinya pada manusia untuk menentukan apakah pala dapat mengobati infeksi bakteri atau mencegah masalah kesehatan mulut terkait bakteri pada manusia. (SA)
Sumber: