Dan ini pula yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia mengenal craving atau ketagihan dan binge-ing, yaitu foya-foya makan, hewan tidak. Sistem saraf manusia disusun untuk memberi motivasi dan ganjaran saat makan – untuk menghindari manusia dari kepunahan – dengan membentuk sensasi dan impuls: Saya suka itu – saya mau itu – itu menyenangkan – saya ingin lagi.
Dalam otak, lapar pikiran itu seperti orgasme. Saat timbul rangsangan untuk mengikuti dorongan tubuh “Saya suka itu, saya mau itu”, sistem limbik dalam otak akan mengeluarkan hormon striatum yang memberi motivasi, dan neurotransmitter dopamin yang mendorong orang mencari kesenangan dan membuat kita merasa senang.
Penelitian dengan pemindaian otak (brain-imaging) memperlihatkan bahwa hanya melihat dan mencium ayam barbecue, pizza, atau hamburger telah mencetuskan produksi dopamin dalam stratium.
Besar kecilnya produksi dopamin tergantung pada besar kecilnya keinginan seseorang. Jika tidak terkendali, yang terjadi adalah sejenis kecanduan. Seperti narkoba yang mempunyai efek meningkatkan dopamin dan menimbulkan kecanduan, nafsu makan juga bisa dikatakan sebagai sejenis ketagihan. Seperti orang yang ketagihan makan cokelat dan yang manis-manis. Bedanya, jika makanan mempunyai efek sedang-sedang saja, narkoba mempunyai efek yang menyabot sistem saraf.
Masalah seperti gangguan makan dan obesitas dapat timbul karena kita berusaha memenuhi semua keinginan yang muncul dalam pikiran dengan cara yang keliru, yaitu dengan lari ke makanan. Karena lapar pikiran tak ada batasnya, kita juga tak akan pernah kenyang dengan makanan apa pun yang kita makan.
Jadi, untuk menghindari masalah kelebihan berat badan, cara yang banyak dianjurkan, adalah mencari cara lain – seperti hobi yang mengasyikkan – untuk mengenyangkan pikiran dengan sesuatu yang bukan makanan. (bersambung).