Nikmatnya berbuka puasa dengan es cincau. Sekali suap, sensasi sejuk-segarnya langsung membasahi lidah dan tenggorokan. Selain ampuh menghilangkan dahaga, jeli kenyal ini ternyata juga berkhasiat obat.
Sehatalami.co ~ Siapa yang tak kenal cincau? Jeli tradisional berwarna hitam atau hijau ini sering jadi sajian pilihan saat cuaca panas atau berbuka puasa. Grass jelly alias cincau berbeda dengan agar-agar yang terbuat dari rumput laut. Jeli yang kerap disuguhkan dalam es campur ini terbuat dari peremasan dan perendaman daun tanaman cincau dalam air.
Kata ‘cincau’ sendiri berasal dari bahasa Cina, xian cao atau sienchau yang berasal dari nama tanaman Mesona spp yang menjadi bahan pembuatan jeli ini. Tanaman ini di Indonesia dikenal dengan nama janggelan yang merupakan bahan dasar cincau hitam.
Tak hanya enak diolah sebagai minuman penyegar, cincau sebenarnya juga bermanfaat sebagai obat tradisional untuk demam hingga sakit maag. Sayangnya, tidak semua penggemar cincau menyadari keampuhan khasiatnya.
Dari daun hingga menjadi jeli
Tanaman cincau berasal dari kawasan Asia yaitu Cina, India, Birma, Filipina, sampai ke Indonesia. Untuk membuat cincau, tanaman cincau dipanen seperti memetik daun teh, dengan mengambil pucuk batang tanaman berikut 6-8 helai daun mudanya. Daun yang tidak muda lagi tidak ikut dipetik karena bisa menurunkan kualitas jeli cincau.
Daun-daun muda ini kemudian dicuci, diremas-remas dan direndam dalam air matang. Air remasan kemudian disaring dan diendapkan selama ± 24 jam. Tujuan perendaman selama satu malam adalah untuk memberi kesempatan pada karbohidrat cincau untuk mengikat molekul-molekul air sebanyak-banyaknya.
Paginya, larutan akan mengental dan menjadi kenyal membentuk jeli yang kita kenal sebagai cincau. Kadang larutan kental tersebut direbus, untuk mendapatkan tekstur yang lebih homogen.
Warna dan konsistensi cincau bermacam-macam karena tumbuhan yang digunakan sebagai bahan cincau juga berbeda. Umumnya ada dua jenis cincau, yaitu cincau hitam dan cincau hijau.
- Cincau hitam. Paling populer dan banyak dijual di Indonesia, Cina, Korea, dan negara Asia Tenggara lainnya. Terbuat dari daun tanaman Mesona palustris – yang di Jawa dikenal dengan nama janggelan, dan tanaman cincau perdu Premna serratifolia. Daun cincau hitam berbentuk lonjong dan berujung runcing. Cincau hitam memiliki konsistensi kenyal dan padat seperti jeli. Selain cincau hitam tawar, di pasaran juga tersedia cincau dengan rasa jeruk manis. Kini telah diproduksi cincau hitam bubuk– seperti agar-agar bubuk – yang lebih banyak diekspor ke luar negeri.
- Cincau hijau. Juga dikenal dengan nama camcau di Jawa Tengah. Dibuat dari daun tanaman Cyclea barbata yang tumbuh merambat menjadi tanaman pagar. Tanaman asli Asia Tenggara ini juga dikenal dengan nama tarawulu, trewulu, atau camcauh oleh orang Sunda. Daunnya berwarna hijau pucat dengan bulu halus di atas permukaannya. Gelatin cincau hijau konsistensinya lebih lunak dan mudah hancur dibanding cincau hitam. Rasanya segar dengan aroma daun yang khas.
Saat membeli cincau, pilih cincau yang kenyal menyerupai jeli dan tidak berlendir. Hindari cincau yang terlalu kenyal, karena bisa jadi mengandung bahan pengawet berbahaya seperti boraks. Karena cincau tak berumur panjang – terutama cincau hijau yang dalam 2-3 hari bisa mencair, cuci bersih cincau dengan air matang, lalu simpan dalam lemari es.
Makanan obat di berbagai negara
Secara tradisional, cincau telah dimanfaatkan sebagai obat oleh penduduk asli di berbagai negara. Di Laos dan Vietnam, cincau digunakan untuk meredakan berbagai gangguan seputar perut seperti sakit maag, sembelit, perut kembung dan diare.
Di Cina dan Taiwan, cincau hitam yang punya nama lokal hsian tsao sangat populer sebagai obat penurun tekanan darah dan peluruh kencing. Di India, cincau digunakan untuk pengobatan rematik, sakit perut atau mulas, dan perut kembung akibat masuk angin.
Penduduk di Semenanjung Malaysia memanfaatkan cincau sebagai obat demam untuk menurunkan panas tubuh. Di Papua Nugini, selain untuk menurunkan panas, cincau dimanfaatkan sebagai obat batuk dan sakit kepala.
Bagaimana dengan di Indonesia? Di Jawa, cincau dipercaya dapat ‘mendinginkan’ kandungan dan diyakini bisa mempercepat terjadinya kehamilan pada pasangan yang kurang subur. Cincau juga biasa digunakan sebagai pembangkit nafsu makan.
Khasiat antikanker di dalam daunnya
Kandungan Gizi per 100 g daun cincau | |
Energi | 122 kkal |
Karbohidrat | 26 g |
Protein | 6 g |
Lemak | 1 g |
Serat | 6.23 g |
Vitamin A | 10,750 SI |
Vitamin B1 | 80 mg |
Vitamin C | 17 mg |
Kalsium | 100 mg |
Fosfor | 100 mg |
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes |
Daun tanaman cincau kaya akan nutrisi, (lihat tabel). Kandungan vitamin A daun cincau bahkan setara dengan daun katuk dan daun pepaya. Kandungan seratnya juga cukup tinggi setara dengan bayam.
Selain kaya serat dan nutrisi, daun tanaman cincau juga mengandung antioksidan. Penelitian yang dilakukan Dr Ir Fransiska R Zakaria MSc di Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, melaporkan bahwa cincau hijau – hasil ekstrak daun cincau hijau (C. barbata), mengandung antioksidan yang terbukti mampu membunuh sel tumor.
Penelitian ini menguji keampuhan antioksidan cincau hijau dengan memaparkan ekstrak daun cincau pada empat jenis sel kanker, yaitu sel kanker darah (leukemia), kanker mulut rahim, paru, dan payudara. Hasilnya, ekstrak daun cincau ternyata mampu membunuh sel kanker darah hingga 55-90 persen dan sel kanker lainnya hingga 60 persen. Ini semua karena cincau hijau mengandung klorofil, pigmen pemberi warna hijau pada daun cincau yang juga berperan sebagai antioksidan kuat.
Daun cincau hijau juga mengandung antioksidan dalam bentuk senyawa fenolik, seperti isokandrodendrine, alkaloid bisbenzilsokuinoline, dan tetandrine, yang bermanfaat mencegah perkembangan sel kanker, antiradang, antibakteri, menurunkan tekanan darah, dan mengobati gangguan lambung.
Daun cincau hijau Cyclea barbata juga mengandung senyawa dimetil kurin-1 dimetoidida yang bermanfaat untuk mengendurkan otot. Karenanya cincau hijau sering ditambahkan dalam ramuan teh Cina untuk mengusir stres.
Tak kalah dengan cincau hijau, ekstrak cincau hitam juga mengandung antioksidan kuat yang efeknya lebih ampuh daripada vitamin E yang selama ini dipuji sebagai antioksidan kuat. Pada konsentrasi yang sama, yaitu 50 mg/ml, diketahui bahwa ekstrak cincau hitam memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan vitamin E, yaitu masing-masing sebesar 98,9 persen dan 78 persen.
Daun cincau hitam, bahan pembuat jeli cincau hitam, memang banyak mengandung senyawa polifenol seperti premnazole dan phenyl butazone yang bersifat antioksidan dan antiradang. Selain itu, senyawa ini juga bermanfaat mengendalikan produksi asam lambung. Karenanya jeli cincau hitam sering dimanfaatkan untuk meredakan gejala sakit maag akibat produksi asam lambung yang berlebihan.
Efek ‘yin’ yang menyejukkan
Sayangnya, meski daun cincau cukup kaya gizi, setelah diolah menjadi jeli ternyata kandungan nutrisinya banyak yang hilang. Meskipun kandungan antioksidannya tetap ampuh seperti daun segarnya. Dalam setiap 100 gram daun cincau terkandung 100 mg kalsium dan 100 mg fosfor. Setelah menjadi jeli kandungan kalsiumnya turun menjadi 50 mg per 100 gram, sedangkan kandungan fosfor menjadi 15 mg per 100 gram.
Kandungan kalorinya juga turun drastis setelah menjadi jeli, bahkan hampir tak berkalori. Jeli cincau sangat cocok dikonsumsi sebagai makanan diet untuk menurunkan berat badan, karena rendah kalori namun tinggi serat sehingga bisa menunda rasa lapar.
Meskipun kandungan nutrisinya berkurang, jeli cincau tetap kaya serat seperti daun segarnya. Kandungan seratnya yang tinggi ini juga bermanfaat menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan lemak kemudian mengeluarkannya dari dalam tubuh bersama-sama tinja.
Serat cincau juga membantu mengontrol kadar gula darah, mengatasi konstipasi atau sembelit. Karenanya konsumsi cincau disarankan bagi penderita diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Kandungan serat ini juga bermanfaat membersihkan organ pencernaan dari zat-zat karsinogenik pemicu kanker usus.
Cincau sangat cocok diolah menjadi minuman penyegar untuk berbuka puasa – misalnya dalam es cincau dan es campur – karena memiliki efek ‘yin’ yang bersifat mendinginkan. Rasa dingin yang menyejukkan ini berasal dari kandungan airnya yang sangat tinggi (mencapai 98 persen).
Senyawa hidrokoloid dalam cincau mampu menyimpan air dalam jumlah banyak sehingga dapat membasahi dan mendinginkan saluran pencernaan. Kandungan air cincau bermanfaat untuk mengurangi keasaman lambung yang berlebihan sehingga sangat baik untuk dikonsumsi oleh penderita sakit maag atau tukak lambung.
Efek menyegarkan ini juga membuat cincau mampu meredakan panas dalam dan demam. Tingginya kandungan air memberikan efek diuretik sehingga konsumsi cincau bermanfaat untuk memperlancar buang air kecil. Kandungan air ini juga bermanfaat menggelontor dan menetralkan toksin serta bakteri dari dalam tubuh.
Penderita hipertensi sangat disarankan untuk mengkonsumsi cincau. Keampuhan cincau dalam menurunkan tekanan darah dibuktikan melalui penelitian Prof Dr Sardjito, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada tahun 1966. Para pasien hipertensi berusia di atas 40 tahun, diminta untuk meminum air perasan daun cincau segar sebanyak dua kali sehari.
Hasilnya, pasien mengalami penurunan tekanan darah secara signifikan. Bahkan seorang pasien berusia 70 tahun dengan tekanan darah 215mm/120mm mengalami penurunan tekanan darah menjadi 160mm/100mm dalam satu bulan setelah mengkonsumsi cincau. Keluhan pusing, sering lelah, dan jalan sempoyongan hilang, berat badan turun.
Jeli cincau, baik yang hijau maupun hitam, berefek sama dengan air perasan daunnya, sama-sama mampu menurunkan tekanan darah karena mengandung alkaloid tetrandine yang juga berefek antioksidan. Jadi, baik jeli cincau maupun daun segarnya sama-sama menyimpan beragam khasiat. Tak ada salahnya melirik cincau sebagai makanan sehat. Selain harganya murah, cincau juga mudah diperoleh, mulai dari pasar tradisional hingga supermarket. (SA)