Benda apakah yang akan selalu Anda bawa jika harus berada di sebuah tempat yang jauh dari orang-orang yang Anda kenal selama ini, dan hanya diizinkan membawa 5 benda saja? Pasti salah satunya adalah handphone atau gadget lain yang memungkinkan Anda untuk tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sahabat.
Kita bahkan sudah akan uring-uringan dan mati gaya, jika berada di lokasi yang tanpa signal. Hidup di era digital memang telah mengubah kebiasaan hidup kita, sehingga kita seolah merasa tidak bisa hidup tanpa alat komunikasi tergenggam di tangan.
Itu wajar. Sebab pada dasarnya kita lebih nyaman berkomunikasi dengan orang-orang yang kita kenal. Tidak mengherankan, jika kita kerap melihat dua orang yang sedang duduk berdampingan, menunggu kereta api lebih asyik chatting dengan temannya melalui gadget daripada ngobrol dengan orang di sebelahnya.
Kendati kita sebagai makhluk sosial, yang membutuhkan interaksi dengan sesama teman dan orang lain, namun di era digital ini, pola komunikasi dan interaksi memang sudah sangat berubah. Untuk berinterasi dengan orang lain, kini banyak yang lebih nyaman melalui tulisan – chatting lewat gadget – ketimbang bertatap muka secara langsung.
Saatnya untuk waspada!
Sayangnya, keasyikan kita berinteraksi di dunia maya berlanjut juga di tempat-tempat yang seharusnya dimanfaatkan untuk berinteraksi antar manusia secara nyata. Banyak cerita terjadi bahwa di acara silaturahmi keluarga, semua orang malah asyik dengan handphone-nya masing-masing. Bukan sibuk saling tegur sapa, dan saling tukar senyum, dan khabar berita secara nyata.
Sayangnya, keasyikan kita berinteraksi di dunia maya berlanjut juga di tempat-tempat yang seharusnya dimanfaatkan untuk berinteraksi antar manusia secara nyata.
Daniel Menaker, penulis buku Good Talk : The Story and Skill, mengatakan, “Banyak orang justru asyik memeriksa gadget-nya selama makan malam. Ketika kita punya waktu luang satu atau dua jam, jarang sekali kita menggunakannya untuk melakukan komunikasi yang berarti.”
Tak bisa dipungkiri, sekarang ini waktu untuk bertemu, bertatap muka, saling bertukar kata, dan juga bersentuhan, justru terasa seperti “barang mewah”.
Sebenarnya sehatkah gejala yang sedang kita alami saat ini? Adakah ancaman di balik keasyikan kita berkencan dengan gadget di dunia maya? Berikut beberapa hal yang patut kita renungkan bersama. (bersambung).