Banyak ahli dan konsultan perkawinan menuding, keributan yang terjadi dalam kehidupan berumahtangga adalah karena pria dan wanita berasal dari “dunia” yang berbeda. Benarkah?
Sehatalami.co ~ Setiap pasangan suami-istri pasti mengharapkan perkawinannya penuh kebahagiaan, dan tetap utuh sampai ajal datang. Namun gelombang pasang surut perbedaan-perbedaan pasti akan muncul dalam perjalanan bahtera perkawinan yang mungkin membuat biduk perkawinan karam di tengah jalan.
Sumbernya bisa bermacam-macam, mulai dari acara liburan keluarga, cara mengasuh anak, memilih dan menata rumah, sampai hal-hal besar tentang sikap hidup, dan nilai agama. Banyak ahli dan konsultan perkawinan menuding, keributan yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga adalah karena pria dan wanita berasal dari “dunia” yang berbeda.
Perbedaan otak dan hormonal yang mempengaruhi cara bersikap, bertindak, maupun memandang sesuatu ini tentu rentan menimbulkan perselisihan dalam hubungan pria dan wanita.
Namun, di luar itu, banyak juga faktor eksternal yang dapat menjadi ancaman bagi keutuhan sebuah perkawinan. Misalnya, kebutuhan-kebutuhan yang tak terpenuhi, masalah dengan keluarga pasangan, perbedaan keyakinan, atau kekerasan dalam rumah tangga. Beberapa hal ini juga perlu diwaspadai:
1. Kurangnya waktu bersama
Bekerja dari pagi sampai malam untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan hal yang aneh lagi sekarang. Tak hanya lelaki, kaum wanita pun melakukan hal yang sama. Padahal, menurut Monty P. Satiadarma MS/AT, MCP/MFCC, DCH, Psi, Pembantu Rektor II Universitas Tarumanegara, minimnya waktu bersama membuka peluang keretakan hubungan suami istri.
Ada tiga prinsip penyesuaian waktu yang bisa dilakukan untuk meluangkan waktu bersama, yaitu menambah waktu untuk melakukan aktivitas yang disukai bersama, mengurangi waktu untuk aktivitas yang hanya menyenangkan satu pihak, serta membuat pembagian waktu yang jelas, terutama untuk hal-hal yang dapat memicu perdebatan dan pertengkaran.
Sementara wanita yang bekerja harus lebih pandai membagi waktu untuk diri sendiri, keluarga, pasangan, dan karir. Demikian saran Dra Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC, konsultan masalah keluarga. Meski demikian, tidak berarti ibu yang tidak bekerja lebih mudah mendapatkan keselarasan dalam rumah tangganya. (berambung).