Kritik membangun disampaikan dengan kalimat yang tersusun rapi, penuh perasaan, dan menyiratkan rasa cinta. Bukan dengan kata-kata kejam, melecehkan, dan menyakitkan.
Sehatalami.co ~ Kritikan bikin kesal? Belum tentu. Jika kritik itu faktual, konstruktif, dan disampaikan oleh orang yang selama ini mendukung Anda, ada baiknya disimak.
Berikut rangkuman pendapat Tina Tessina, Ph.D., psikoterapis dan penulis buku It Ends with You, serta Patricia Farrel, Ph.D., psikolog dan penulis buku How to Be Your Own Therapist.
1. Pertimbangkan sumbernya
Seseorang yang terlalu sering mengkritik Anda, sesungguhnya ia tengah menumpahkan kekurangan-kekurangannya sendiri, bukan kekurangan Anda. Mungkin saja ia tidak puas dengan dirinya sendiri. So, pengkritik macam begini, lupakan saja.
2. Perhatikan intonasi suaranya
Kritik membangun disampaikan dengan kalimat yang tersusun rapi, penuh perasaan, dan menyiratkan rasa cinta. Bukan dengan kata-kata kejam, melecehkan, dan menyakitkan.
3. Resapi
Minta pengkritik menjelaskan apa maksudnya, sekaligus memberikan contoh perilaku yang bisa memperbaiki. Resapi dan analisis kritik berikut sarannya, mana yang sebaiknya dipungut untuk perkembangan Anda. (SA)