Mendengkur baru dianggap berbahaya jika disertai henti napas saat tidur yang disebut Obstructive Sleep Apnea (OSA). Hal ini disebabkan saluran napas atas tertutup rapat.
Kalau ini terjadi, otak akan segera mengirimkan sinyal agar segera bangun untuk bernapas. Penderita pun terbangun untuk bernapas dan segera tertidur kembali, sering tanpa menyadari bahwa ia terjaga sesaat. Terkadang penderita merasa dirinya seolah-olah tercekik, bangun dengan berdebar-debar, berkeringat, atau mimpi buruk seperti dicekik orang atau tenggelam.
OSA atau sumbatan napas saat tidur bisa berlangsung beberapa detik sampai hampir 1 menit, dan terjadi berulang kali sampai lebih dari 30 kali/jam. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen dan menimbulkan sejumlah komplikasi berbahaya, di antaranya risiko hipertensi meningkat dua sampai tiga kali, jantung koroner meningkat 100 %, stroke, bahkan kematian mendadak. “Itulah maka, mendengkur dapat dikatakan sebagai silent killer,” ujar Dr Damayanti Soetjipto.
Baca Juga : Tidur Ngorok atau Mendengkur, Tidak Sehat , Lho..
Keluhan lain dari dampak kurangnya pasokan oksigen adalah bangun pagi tidak segar, sakit kepala pagi hari, dan rasa mengantuk di siang hari sehingga rentan kecelakaan bagi pengemudi atau pekerja pabrik. Keluhan lebih serius berupa gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan seksual dan lainnya. “Lebih dari itu, kurangnya pasokan oksigen ke otak juga dapat memunculkan gangguan memori,“ ujar Dr David Gozal dan koleganya di University of Louisville School of Medicine di Kentucky. Bahkan menurut Ricard Millman, MD., direktur Sleep Disorder Center dan Rhode Island Hospital di Providence, AS. Kondisi kekurangan pasokan oksigen ini dapat menyebabkan sel-sel kulit kehilangan kekenyalannya.
Mendengkur dan OSA dijumpai pada pria dewasa, wanita dewasa, dan anak–anak. Tapi lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita. Menurut Dr Damayanti Soetjipto, di Indonesia, perbandingan penderita snoring dan OSA pria dan wanita adalah tujuh berbanding satu, terutama pada kelompok umur 40 sampai 49 tahun. Ada pun prevalensi penderita OSA di AS untuk usia di atas 40 tahun yaitu 45% pria dan 10 – 15% wanita. Sedangkan untuk usia di bawah 40 tahun, 60% pria dan 40% wanita.
Penyebabnya beragam
Mendengkur pada anak-anak lebih banyak disebabkan karena pembesaran amandel (tonsil) dan adenoid, yaitu kelenjar limfoid yang terletak di belakang hidung, di bagian atas belakang langit-langit lunak.
Pada orang dewasa, mendengkur disebabkan oleh banyak hal, di antaranya karena adanya penyempitan saluran napas di leher yang disebabkan oleh obesitas. Bisa juga karena ada sumbatan (obstruksi) pada saluran napas atas mulai dari hidung, pangkal lidah (laring), bagian teratas tekak di belakang pangkal hidung (nasofaring), bagian di antara langit-langit lunak dan batas atas epiglotis (orofaring), bagian antara batas atas epiglotis dan saluran yang menghubungkan tekak dan lambung (hipofaring) dan central sleep apnea (saluran udara tidak tersumbat, tapi otak gagal memberi sinyal pada otot-otot untuk bernapas).
Posisi tidur tertentu yang membuat posisi leher tertekuk akibat kepala terangkat terlalu tinggi juga bisa menyebabkan mengorok, begitu juga posisi telentang karena bisa membuat lidah jatuh sehingga menghambat jalan napas.
Selain itu, minuman beralkohol uga bisa menyebabkan lidah dan otot-otot pada tenggorokan menjadi terlalu rileks, sehingga memblokade aliran udara di saluran napas dan mulut. (SA)