Body shaming adalah sebuah perilaku mengolok-olok bentuk tubuh orang lain. Baik dengan tujuan bercanda atau benar-benar menghina. Korban body shaming sering kali adalah wanita gemuk atau individu dengan karakteristik fisik unik lainnya.
Sehatalami.co ~ Saat mood lagi baik, kadang candaan yang dilontarkan teman dekat atau orang lain, tidak jadi soal. Enjoy-enjoy saja. Meskipun misalnya menyinggung soal bentuk tubuh atau fisik, semisal, “Gendut, lho!” Tetapi saat mood sedang kurang baik, jangankan celotehan yang rada menyinggung privasi, nyangkut-yangkut soal bentuk tubuh atau fisik, guyonan biasa saja semisal, “makan apa seh, loh, jengkol?” sudah bisa berdampak negatif.
Itu mengapa, bercanda atau berkomentar tentang fisik seseorang, atau bahkan kita yang menerima komentar dari orang lain, sebenarnya sangat tidak dianjurkan. Dalam beberapa budaya bahkan masuk dalam ranah kekerasan verbal, yang bisa berbuntut panjang. Penyebutan atau komentar yang menyebut dengan “sengaja untuk mendiskritkan” seseorang ini biasa dikenal dengan istilah body shaming.
Itu mengapa, body shaming kini sedang menjadi perdebatan. Baik di ruang publik antar sesama warga masyarakat lebih-lebih di ruang sosial media, melalui facebook, twitter, maupun melalui wechat, dan media lainnya.
Mungkin awalnya merupakan perilaku iseng, atau sebatas candaan sesama teman, tanpa bermaksud menghina, namun jika keterusan dan dilakukan terhadap orang yang baru dikenal atau mungkin di laman media sosial, egeknya bisa lain. Tak jarang bisa membuat orang yang menerima perlakuan body shaming mengalami depresi, stres, dan bahkan bisa berujung putus asa dan bunuh diri.
Apa itu body shaming?
Body shaming adalah sebuah perilaku mengolok-olok bentuk tubuh orang lain. Baik dengan tujuan bercanda atau benar-benar menghina. Korban body shaming sering kali adalah wanita gemuk atau individu dengan karakteristik fisik unik lainnya.
Namun hal ini juga berlaku untuk kaum pria dan mereka yang bertubuh kurus. Kegiatan mengolok-olok juga semakin sering terjadi di sosial media, yang tak jarang berubah menjadi cyberbullying. Olok-olok ini dapat menyebabkan masalah psikologis pada korbannya.
Hal ini pernah terjadi pada penyanyi terkenal, Selena Gomez. Ia mengaku sempat mengalami body shaming dan tindakan tersebut sangat mempengaruhi kepercayaan dirinya. “Saya mengidap lupus dan berurusan dengan banyak masalah kesehatan, saat itu lah saya mengalami body shaming karena fluktuasi berat badan untuk pertama kalinya,” ungkap Selena saat menghadiri podcast Giving Back Generation milik Racquelle Stevens.
Setiap manusia diciptakan dengan bentuk tubuh yang berbeda-beda, serta memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sayangnya, di era di mana media sosial sangat berpengaruh justru membuat banyak orang menjadi sulit untuk mencintai dan menghargai dirinya sendiri, juga orang lain.
Adanya foto, video, artikel, dan publikasi lainnya secara tidak langsung memberi sebuah pesan atau standar tentang bagaimana seharusnya seseorang terlihat. Hal seperti inilah yang tanpa disadari telah membuat kita melihat ketidaksempurnaan pada diri sendiri dan orang lain, sehingga timbul body shaming.
Body shaming dikenal sebagai suatu bentuk tindakan yang mengekspresikan penghinaan atau intimidasi tentang bentuk atau ukuran tubuh seseorang. Hal ini bisa dilakukan oleh diri sendiri, orang lain, atau bahkan orang terdekat.
Dampak Body Shaming Secara Psikologis
Korban body shaming rentan mengalami rasa rendah diri dan marah kepada dirinya sendiri. Mereka seolah terdoktrinasi oleh perkataan orang lain sehingga cenderung selalu melihat bentuk tubuhnya dari sisi yang negatif. Hal ini juga meningkatkan gangguan psikologis pada korbannya.
Mengomentari secara negatif tentang ukuran atau bentuk tubuh seseorang dapat sangat berpengaruh dan berpotensi menyebabkan rasa harga diri yang rendah, kemarahan, stres, ingin melukai diri sendiri, dan bahkan gangguan kesehatan mental, khususnya gangguan dismorfik tubuh.
Dampak body shaming sangatlah tidak sehat bagi kesehatan mental. Hal ini dapat memicu penyakit-penyakit yang tidak diinginkan, bahkan kematian.
Bagi wanita dengan tingkat rasa malu yang tinggi terhadap tubuhnya dilaporkan memiliki tingkat infeksi yang tinggi, banyak masalah pencernaan, sakit kepala, dan kesehatan yang lebih buruk.
Selain itu, fungsi tubuhnya dapat bermasalah, seperti gangguan menstruasi, berkeringat, dan gangguan makan yang sering disembunyikan. Bahkan, menurut data dari ANAD (Association of Anorexia Nervosa And Associated Disorders), setidaknya satu orang meninggal setiap 62 menit akibat body shaming!
Beberapa penelitian menunjukkan, ketidakpuasan yang tinggi terhadap tubuh disebabkan karena tekanan psikologis yang akhirnya meningkatkan risiko perilaku makan tidak sehat, sehingga memiliki kualitas hidup yang buruk.
Bagi para korban body shaming, awalnya mungkin masih menganggap hal itu biasa. Namun, dengan semakin banyak dan seringnya mereka menerima perlakuan tersebut, akhirnya dapat berujung kecewa dan sakit hati. Korban akan merasa buruk terhadap dirinya sendiri dan menjadi sensitif.
Harus diketahui, tingkat dan cara mengendalikan stres tiap orang berbeda-beda. Bagi mereka yang bisa menghadapinya dengan sikap positif, cenderung akan merasa acuh tak acuh pada body shaming yang dilakukan terhadapnya. Namun, tidak sedikit juga yang sampai mengalami masalah serius.
Dalam survei online yang dilakukan oleh Mental Health Foundation, 31% remaja merasa malu terhadap tubuhnya, 35% orang dewasa pernah merasa depresi terhadap tubuhnya, dan 13% orang dewasa merasa ingin bunuh diri karena kekhawatiran tentang citra tubuhnya sendiri. Menyedihkan bukan?
Dengan mengetahui banyaknya orang yang mengalami gangguan jiwa akibat dari dampak psikologis body shaming, kita tidak boleh menganggap remeh hal ini! Lebih berhati-hatilah dalam mengeluarkan suatu perkataan atau candaan, baik secara langsung atau lewat media sosial.
Karena, kita tidak pernah benar-benar tahu bahwa ternyata orang tersebut menganggap serius sebuah perkataan hingga membuatnya stres.
Dampak psikologis body shaming bisa dihindari dengan cara lebih menghargai dan mencintai diri sendiri, serta tidak membandingkan diri dengan orang lain. (SA)