- Abad teknologi. Belakangan perkembangan teknologi digital bergerak makin pesat, gaya hidup manusia modern pun berubah drastis. Gaya hidup manusia modern pun semakin memukau dan terpukau oleh teknologi digital.
- Tetapi sealigus disertai dengan mendangkalnya penghayatan agama, melunturnya nilai-nilai tradisi, dan hapusnya instink akibat dominasi pemikiran rasional.
Sehatalami.co ~ Hari-hari ini hampir saja kita tidak bisa lepas dari gadget. Smartphon, dan barang elektronik lainnya. Bioteknologi, internet, dan Pasar Bebas dengan E-commerce-nya, merupakan primadona abad ke-21 dan telah menjadi kenyataan.
Temuan-temuan ilmiah di bidang neuropsikologi mengenai otak kiri dan otak kanan menunjukkan adanya kecerdasan lain selain kecerdasan rasional intelektual, yaitu kecerdasan emosi, kecerdasan moral, kecerdasan finansial, dan kecerdasan adversitas, serta kecerdasan spritual.
Di lain pihak berbagai kemelut yang tak dapat diselesaikan sampai dengan berakhirnya abad ke-20, terus muncul dalam bentuk lebih beragam dengan intensitas keparahan lebih tinggi. Bersamaan dengan peperangan, krisis politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pribadi, serta pencemaran lingkungan, terkuras habisnya kekayaan bumi terutama bahan bakar.
Ini merupakan contoh-contoh kemelut yang akan tetap mewarnai abad ke-21 yang akan menyuburkan gejala kegelisahan, keberingasan, dan kehampaan hidup dengan segala ungkapannya.
Selain itu perubahan tata nilai yang serba cepat menuntut efisiensi dan efektivitas dalam segala hal, mulai “makanan siap saji” sampai “kepribadian instan” yang konon hanya dengan mengikuti program latihan mampu mewujudkan “kepribadian baru “ yang “siap pakai”.
Mendangkalnya penghayatan terhadap nilai
Fenomena lain di era modern ini adalah mendangkalnya penghayatan keagamaan dan melunturnya nilai-nilai tradisi, serta terhapusnya naluri akibat dominasi pemikiran rasional. Ini berarti manusia masa kini seakan-akan tidak tahu lagi apa yang diinginkan dan apa yang seharusnya dilakukan.
Semuanya menunjukkan bahwa mereka kehilangan sesuatu yang hakiki, khususnya kehilangan makna dan tujuan hidup. Dan kondisi inilah yang merupakan sumber utama stres dan kecemasan kita yang hidup di abad ke-21 ini.
Mencari Kehidupan Bermakna
Aliran psikologi/psikiatri dengan tema bahasannya seputar makna hidup (the meaning of life) adalah Logoterapi yang dikembangkan oleh Viktor Frankl (1950 – 1997). Ia adalah salah seorang yang selamat dari kam konsentrasi maut kaum Nazi di Dachau, Treblinka, Maidek, dan Auschwitz.
Bagi Frankl pengalaman tragis yang luar biasa selama empat tahun menjadi penghuni kam konsentrasi menghasilkan sebuah ajaran mengenai makna hidup yakni:
- Dalam setiap keadaan, termasuk penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna.
- Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
- Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih dan menentukan makna dan tujuan hidupnya.
- Hidup yang bermakna diperoleh dengan jalan mewujudkan tiga hal: melakukan hal-hal yang bermanfaat, menghayati kebenaran, keindahan, keimanan, dan cinta kasih, serta mengambil sikap tepat atas kemalangan yang tak dapat dihindari.
Logos dalam bahasa Yunani berarti meaning (makna) dan juga spiritualitas (kerohanian). Logoterapi adalahh aliran psikologi yang mengakui adanya dimensi kerohanian di samping dimensi-dimensi raga dan jiwa, serta beranggapan bahwa hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaningful life) merupakan dambaan manusia dengan jalan menemukan dan merealisasikan sumber-sumber makna hidup.
Jiwa, raga, dan spiritual
Viktor Frankl mengajarkan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual di samping dimensi-dimensi raga dan kejiwaan yang satu sama lainnya tidak terpisahkan. Manusia dengan demikian adalah kesatuan raga-jiwa-rohani.
Artinya manusia memiliki sumber daya ruhaniah yang tinggi di atas kesadaran akal, memiliki kebebasan untuk melakukan hal terbaik bagi dirinya, serta bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatannnya.
Dimensi spiritual adalah sumber potensi, bakat, sifat-sifat yang khas insani seperti kreativitas, hati nurani, rasa keindahan, keimanan, religiusitas, cinta kasih, kebebasan berkehendak, tanggungjawab, rasa humor, dan kemampuan untuk bangkit dari segala kemalangan. Bahkan dimensi ruhani adalah sumber kesehatan yang tak pernah terganggu sekalipun orangnya menderita sakit fisik dan mental.
Daya kerohanian ini dimiliki oleh setiap manusia, meski sebagian besar tidak disadari, tetapi dapat bahkan perlu untuk lebih disadari dan direalisasikan dalam meraih kehidupan sehat dan bermakna.
Hasrat untuk hidup bermakna
Setiap orang selalu menginginkan dirinya menjadi orang yang berguna dan berharga bagi dirinya, lingkungan kerja, dan masyarakat sekitar. Setiap orang juga menginginkan bagi dirinya, suatu cita-cita dan tujuan hidup yang dan jelas yang akan diperjuangkannya dengan penuh semangat. Sebuah tujuan hidup yang menjadi arahan segala kegiatannya.
Sebaliknya ia tidak menginginkan dirinya menjadi orang yang hidup tanpa tujuan yang membuatnya menjadi bingung karena tak terarah dan tidak mengetahui apa yang akan dilakukannya.
Itulah sekelumit gambaran mengenai hasrat manusia di antara sekian banyak keinginan yang kalau direnungkan ternyata menggambarkan hasrat yang paling mendasar yaitu hasrat untuk hidup bermakna. Being somebody!. Keinginan untuk hidup bermakna sesungguhnya merupakan motivasi utama setiap manusia.
Kemana menemukan makna hidup ?
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap penting dan berharga, sehingga layak dijadikan tujuan hidup. Bila hal itu berhasil dipenuhi, akan menyebabkan orang itu merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia.
Makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan, baik keadaan menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Ungkapan-ungkapan sehari-hari seperti, “Makna dalam derita” (meaning in suffering) atau “Hikmah dalam musibah” (blessing in disguise) menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun makna hidup tetap dapat ditemukan.
Dalam kehidupan ini menurut Frankl ada tiga bidang pekerjaan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang di dalamnya dapat ditemukan makna hidup apabila hal itu dipenuhi. Ketiga sumber makna hidup itu adalah:
- Nilai-nilai kreatif: kegiatan berkarya, bekerja, mencipta, serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab.
- Nilai-nilai penghayatan: keyakinan dan penghayatan atas-atas nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan cinta kasih.
- Nilai-nilai bersikap: menerima dengan penuh ketabahan segala bentuk penderitaan yang tak mungkin dihindari lagi setelah upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal tanpa hasil.
Makna hidup pada umumnya tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan, sehingga perlu dipahami metode untuk menemukannya.
Cara menemukan makna hidup
Berikut ini 5 metode menemukan makna hidup:
- Pemahaman diri: mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan, sedangkan kelemahan-kelemahan dikurangi.
- Bertindak positif: mencoba menerapkan dalam perbuatan sehari-hari hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat.
- Pengakraban hubungan: meningkatkan hubungan baik dengan pribadi-pribadi akrab, saling mempercayai dan saling membantu .
- Pendalaman dan pemenuhan “tri-nilai” (tiga sumber makna hidup): bekerja dan berkarya, menghayati kebenaran, keindahan, kasih dan iman, serta mengambil sikap tepat atas derita yang tak dapat dihindari lagi.
- Ibadah: mendekatkan diri kepada Tuhan, melaksanakan perintahNya dan mencegah diri dari hal-hal yang dilarangNya. Doa adalah bentuk ibadah yang paling sederhana, tetapi merupakan inti ibadah.
Kehidupan modern yang bermakna, mungkinkah?
Kehidupan modern menawarkan tiga hal kepada manusia masa kini: harapan, kesempatan, dan tantangan. Ia menjanjikan harapan untuk perbaikan nasib dan kelimpahan materi, membuka peluang luas untuk mengaktualisasi diri dengan memacu diri bekerja keras sebagai tantangannya.
Kehidupan modern memang bukan kehidupan yang ringan untuk dijalani, karena terkadang merupakan ajang persaingan yang keras dan ketat. Mereka yang berhasil sebagai pemenang biasanya akan memperoleh ganjaran kelimpahan materi dan peningkatan harga diri. Sedangkan para pecundang yang ternyata lebih banyak jumlahnya ketimbang pemenang, akan mengalami frustrasi berkepanjangan dan mungkin kehilangan harga diri.
Modernisasi memang memberikan harapan untuk meningkatkan prestasi dan prestise dengan peluang yang setara untuk sukses maupun gagal.
Mengembangkan kehidupan bermakna di era modern bukanlah pekerjaan yang ringan pula, karena pada hakikatnya sama dengan perjuangan hidup, yakni mengubah nasib buruk menjadi baik dan mengubah penghayatan tak bermakna menjadi bermakna.
Upaya ini selain memerlukan niat dan komitmen yang kuat serta pemahaman mendalam tentang makna hidup, juga penguasaan metode-metodenya ysng pada kenyataannya selalu membutuhkan dukungan lingkungan terdekat.Sudah tentu bimbingan dan petunjukNya menentukan keberhasilannya.
Sehubungan dengan itu kiranya perlu dikukuhkan bahwa kehidupan modern dan kehidupan bermakna bukan dua hal yang harus dipertentangkan melainkan dua kondisi eksistensi manusia yang dapat sinkron satu sama lain sejauh makna hidup itu dapat ditemukan dan direalisasikan. (SA)