Menyadari peran di setiap fase kehidupan
Kesadaran dan pemahaman pada setiap fase kehidupan yang mesti dilalui, ini pada gilirannya dapat membangkitkan kepercayaan diri yang tinggi, bahwa keseluruhan proses kehidupan sejatinya sudah disiapkan oleh Tuhan, sesuai dengan sunatullah atau hukum alam, dan kita tinggal menjalaninya dengan penuh rasa syukur.
Sebab, sejatinya “Tidak ada satu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberikan rezekinya.” (QS.Hud:6). Karenanya, ketimbang mengkhawatirkan usia pensiun, tentu lebih bijak jika menghadapinya dengan penuh percaya diri dan rasa optimisme terahadap kemurahan rizki dari Tuhan.
“Tidak ada satu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberikan rezekinya.” (QS.Hud:6). Karenanya, ketimbang mengkhawatirkan usia pensiun, tentu lebih bijak jika menghadapinya dengan penuh percaya diri dan rasa optimisme terahadap kemurahan rizki dari Tuhan.”
Namun demikian, tentu saja bukan berarti kita boleh berpangku tangan, dan tidak melakukan upaya atau usaha untuk mendapatkan kebahagiaan di hari tua. Justru karena kita percaya pada Tuhan, bahwa tak satu pun makhluk ciptaannya, melainkan akan dijamin rezekinya, maka sudah selayaknya jika kita semakin termotivasi untuk menyambut karunia-Nya, meski di sisa usia kita.
Sebab banyaknya pengalaman yang sudah diperoleh, justru akan semakin memperkaya batin dan membantu menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Bukankah sudah dijelaskan bahwa sejatinya, “Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d:11)
Karenanya, bagaimana kita akan mendapatkan karunia dan nikmat kebahagiaan di hari tua, jika sejak muda kita tidak menyadari akan hal ini. Jadi, sudah selayaknya jika kita menjaga pola pikir baik tetap terjaga bahwa, sejatinya usia pensiun mestilah dihadapi dengan sepenuh hati dan dipersiapkan kedatangannya dengan penuh rasa syukur kepadanya. (bersambung).