Sebab bukankah, sudah jelas disebutkan bahwa, jika kita bersyukur niscaya Tuhan akan menambahkan nikmatnya kepada kita. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahaim:7)
Menysukuri Perjalanan usia
Makna syukur atas karunia panjangnya usia ini, tentu harus dimaknai dengan benar. Dalam buku The Al-Fatihah Code – Prinsip-prinsip Revolusi Diri, yang ditulis oleh Kang Nyoto Bojonegoro, disebutkan setidaknya ada tiga prinsip utama dalam memaknai rasa syukur.
Pertama, syukur berarti menyadari keberadaan karunia dan nikmat-Nya yang begitu besar, karena telah memberikan kesempatan kepada kita melewati fase-fase di kehidupan hingga sejauh ini. Kedua, syukur dengan mengapresiasi dan mencoba sekuat yang bisa untuk menjaga karunia panjang usia dan potensi sebaik-baiknya, sebagai sesuatu berkah tiada tara dan tidak menggunakannya untuk melawan ketentuannya.
Ketiga, syukur dengan berkomitmen untuk memanfaatkan karunia panjang usia, dan mengembangkan keluasan rezeki untuk kebaikan diri dan sesama dalam berbagai bentuk usaha yang halal dan menyejahterakan, sehingga kelak bisa mejelma menjadi berkah dan amal jariah yang dapat dipetik hasilnya, bahkan hingga tak terbatas saat kita telah tiada.
Penyadaran dan kesadaran akan kebermaknaan hidup dalam setiap fase yang dilalui ini tentu dapat mengantarkan seseorang untuk semakin memperbanyak upaya persiapan dalam rangka memperbaiki kualitas hidup di hari tua. Misalnya saja dengan memperbanyak amal ibadah sembari mengasah pemahaman agama, dan banyak berbagi pengalaman sukses, serta bentuk kegiatan sosial lain yang bernilai ibadah.
Pemahaman atas aspek-aspek spiritual ini penting, terutama lantaran kita tidak bisa lepas dari ketergantungan pada kekuasaan Tuhan, yang sejatinya menghendaki kebaikan, kebahagiaan, dan jalan keselamatan ( kebahagiaan dunia dan akhirat) untuk setiap hamba-Nya.
Memperdalam spiritual dengan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, menambah porsi kegiatan rohani yang mungkin selama ini tidak terlalu sering dilakukan, karena kesibukan, dapat membantu kita memperoleh ketenangan secara spiritual dan mental. (SA)